Unsur terpenting dalam kebahagiaan dan watak tertinggi
yang dapat dirasakan manusia adalah kesempurnaan.
Permata rohani yang bernilai ini memberikan kebesaran dan
kemurnian kepada kehidupan. dan membimbing manusia ke
puncak kemuliaan dan keluhuran. Semua manusia secara
manusiawi sama. Namun mereka berbeda dalam
kemampuan untuk bernalar dan berpikir. Kebiasaan-
kebiasaan rohani dan watak-watak perilaku manusia juga
berbeda. Watak-watak seorang individu adalah semua yang
membedakan individu-individu satu dengan lainnya dan ia
menetapkan kemampuan dan kedudukan sosial setiap orang.
Di samping itu. watak manusia secara langsung
mempengaruhi kita lebih daripada faktor lainnya.
Manusia ditempatkan di alam semesta ini untuk berusaha
mengembangkan berbagai kemampuannya dan memperluas
wawasan berpikir dan kesadarannya yang riil; sehingga akan
meningkatkan pengetahuannya dan memperkuat ruhnya
untuk mencapai kesempurnaan. Dengan kata lain, manusia
berada di dunia ini untuk membekali diri guna memenuhi
berbagai tugas khususnya. Dengan mengingat hal ini, adalah
tanggung jawab setiap individu untuk membangun suatu
kepribadian yang sehat dan jujur, dan berbuat di atas jalan
kebahagiaan. Seorang pekerja keras yang bekerja pada jalan
ini lebih menyadari makna keberhasilan yang sesungguhnya.
Tidak ada yang mampu memberinya kekuatan untuk terjun
ke dasar lautan lebih daripada kepribadian yang sehat.
Menurut Schopenhaure:
Semua watak dan kebiasaan ikut ambil bagian dalam
menentukan masa depan manusia, dan setiap pemikiran dan
perasaan sangat mempengaruhi watak dan kebiasaan ini.
Terutama akhlak dan tingkah laku setiap orang secara terus
menerus berubah menuju kesempurnaan, atau sebaliknya.
Langkah pertama dalam mengembangkan dan
menyempurnakan kepribadian adalah mempelajari cara-cara
menggali daya dan kemampuan tersembunyi di dalam diri,
dan mempersiapkan diri untuk menghilangkan segala faktor
yang dapat menimbulkan berbagai problema dalam jalan
kesempurnaan. Maka manusia pun dapat mensucikan dirinya
dari segala kerendahan. Jika seseorang tidak mampu
menghargai diri sendiri, ia tidak akan pernah mampu
membawa kehidupan kepadanya, ia juga tidak akan pernah
mampu menciptakan segala perubahan yang bermanfaat
baginya.
Kata-kata dan tindakan tidak memiliki nilai yang riil kecuali
bila ia berangkat dari kedalaman eksistensinya sendiri. Kata-
kata mengejawantahkan cerapan pikiran. Ketika kata-kata
bertentangan dengan tindakan, ucapan-ucapan ini keluar dari
kepribadian yang tidak stabil dan mengakibatkan kehancuran
diri individu tersebut.
Berwisata Religi Seru Di Unaizah
UNAIZAH salah satu destinasi wisata sejarah Islam yang harus dikunjungi. Di sana dapat mengenang sejarah pra-Islam pada zamannya. Dilansir Saudi Tourism
Agar Siapapun Menyukai Anda Setiap Saat
APAKAH CIRI BAWAAN dan Sifat pribadi yang membangkitkan rasa suka dalam diri kita sulit di pahami?
Kenapa Orang Ketagihan Sosial Media
dibawah ini, berapa hal yang kamu lakukan?
50 Persen Remaja di 13 Kota Melakukan Seks Bebas
REPUBLIKA.CO.ID,MAGELANG--Dokter Ryan Thamrin atau yang lebih dikenal sebagai dr. Oz mengungkapkan, hampir 50 persen remaja di 13 kota pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan.
5 Makanan Yang Membuat Anda Tampak Tua
Metrotvnews.com: Kamu adalah apa yang kamu makan. Demikian slogan yang sering kita dengar.
Friday 24 January 2014
Monday 20 January 2014
Dusta Dilarang Agama
Secara eksplisit Al-Quran mengkategorikan para pendusta
sebagai orang-orang kafir:
"Hanya mereka yang berdusta yang tidak percaya
kepada firman-firman Allah, dan inilah para
pendusta"
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang beriman
tidak menjadikan dirinya sebagai limbah kepalsuan.
Rasulullah Saw. menyatakan:
Ikutilah kebenaran, karena kebenaran membimbing
ke Surga. Sesungguhnya manusia itu selalu berkata
benar dan mencarinya hingga ia dicatat sebagai
orang yang benar di sisi Allah. Dan hindarilah
kebatilan, karena kebatilan membimbing ke neraka,
Manusia selalu berdusta hingga ia dicatat sebagai
seorang pendusta di sisi Allah.
Di antara ciri-ciri pendusta adalah bahwa mereka hanya
percaya setelah benar-benar sangat terdesak. Rasulullah
Saw. berkata:
Sesungguhnya orang-orang yang paling sering
dipercayai manusia adalah yang paling sering
berkata benar; dan orang-orang yang paling ragu
adalah orang-orang yang paling sering berdusta".
Dr. Samuel Smiles menulis:
Beberapa orang menganggap bahwa watak mereka
yang rendah itu wajar dibandingkan dengan watak-
watak lainnya, sedangkan sebenarnya kita tahu
bahwa manusia adalah cerminan dari tingkah laku
mereka masing-masing. Oleh karenanya, baik dan
buruk yang kita lihat pada diri orang lain tidak lain
kecuali suatu cerminan dari apa yang ada dalam
kesadaran kita.
Orang-orang yang memiliki keberanian atau keteguhan hati
dengan akhlak dan tingkah Laku yang baik tidak dapat
menerima kebatilan, mereka juga tidak ingin dikotori oleh
kotoran semacam ini. Para pendusta itu menderita gangguan
mental yang selaju menjauhkan diri mereka dari berkata
benar. Orang-orang yang terpaksa berdusta dalam hari
kecilnya merasa lemah dan hina, karena dusta berada di
muka orang-orang yang lemah dan pengecut.
Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. mengatakan:
jika kemanunggalan wujud (entity) itu terwujud,
sesungguhnya kebenaran akan berdiri bersama
keberanian; kekecutan akan berdiri bersama dusta.
Dr. Raymond Peach berkata:
Dusta adalah senjata pertahanan terbaik dari orang
yang lemah dan jalan tercepat untuk menghindari
bahaya. Dalam banyak hal dusta merupakan suatu
reaksi terhadap kelemahan dan kegagalan. Jika anda
bertanya kepada seorang anak, 'Apakah kamu
menyentuh gula-gula ini?' atau 'Apakah kamu yang
memecahkan vas bunga ini?' Jika si anak mengetahui
bahwa dengan mengakui kesalahan ia akan terkena
hukuman, maka nalurinya berkata padanya untuk
menyangkalnya.
Imam Ali a.s. menyatakan tentang berbagai manfaat yang
jelas dari kebenaran, dalam suatu riwayat yang jelas:
Orang yang berkata benar memperoleh tiga hal:
kepercayaan, kecintaan dan martabat (dari orang
lain). Janganlah disesatkan oleh shalat dan puasa
mereka, karena seseorang bisa saja kuat dalam
shalat dan puasa sehingga jika ia akan
meninggalkannya, ia merasa kesepian. Sebaiknya,
cobalah mereka ketika hendak berkata benar dan
memenuhi kepercayaan (amanah).
Berkenaan dengan ini Imam Ali a.s. berkata:
Dusta adalah sifat yang paling buruk.
Dr. Samuel Smiles menulis:
Di antara semua watak yang lemah. dusta adalah
sifat yang paling buruk dan paling menjijikkan.
Adalah penting bila manusia bercita-cita untuk
menjadi benar dan jujur di seluruh tahap-tahap
kehidupannya, dan bagaimana pun hal ini tidak
meninggalkan maksud atau tujuan lainnya. Islam
melandaskan semua proses perilaku dan koreksi
pada iman dan menjadikannya sebagai dasar bagi
kebahagiaan manusia.
Akhlak tanpa iman laksana sebuah istana yang dibangun di
atas lumpur atau es. Atau sebagaimana pakar lainnya
menjelaskan:
Akhlak tanpa iman laksana benih yang ditanam di
atas batu atau di antara dedurian, pada akhirnya ia
layu dan mati. Jika sifat-sifat mulia tidak dimotivasi
oleh iman, ia laksana panen yang mati di dekat orang
yang hidup.
Agama menguasai hati dan pikiran sekaligus! Ia adalah arena
dalam membawa keharmonisan kepada mereka. Perasaan-
perasaan keagamaan mengurangi berbagai keinginan materi
dan membangun sebuah tembok yang tidak dapat dilalui di
antara iman dan kerendahan. Orang-orang yang mantap
dengan keyakinannya selalu menetapkan berbagai tujuan
dan perasaan dengan tenang.
"Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati merasa
tenang."
Islam menetapkan watak manusia sesuai dengan tingkat
keyakinan dan sifat-sifat baiknya, dan lslam secara gigih
berjuang untuk menguatkan kedua faktor ini. Misalnya, Islam
telah menjadikan iman sebagai suatu jaminan bagi
keabsahan pernyataan-pernyataan seseorang ketika ia
mengangkat sumpah. Menurut hukum lslam, dalam keadaan-
keadaan tertentu sumpah seorang Muslim dapat merupakan
bukti, sehingga ia dianggap menentukan dalam
menyelesaikan perselisihan. Islam juga telah menjadikan
kesaksian (syahadah) manusia sebagai cara untuk
membuktikan hak-haknya.
Jadi, jika dusta tampak dalam bentuk rasa takut yang sangat -
dalam segala hal yang tersebut di atas- maka jelaslah
seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku
semacam ini.
Dalam Al-Quran dusta dianggap sebagai dosa yang tidak
dapat diampuni.
"Dan tidak pernah menerima kesaksian dari mereka".
Dasar dari besarnya dosa berdusta secara jelas berhubungan
dengan seberapa banyak kerusakan yang timbul karena dosa
semacam ini. Maka dari itu, karena dusta di bawah sumpah
dan kesaksian itu lebih merusak, hukuman bagi dosa ini pun
lebih keras.
Dusta adalah suatu perbuatan yang mengarah kepada segala
sifat jahat lainnya.
Imam Hasan Al-Askari a.s. berkata:
Semua sifat dengki ditempatkan di dalam sebuah
rumah dan kunci untuk rumah ini adalah dusta.
Untuk menjelaskan apa yang Imam Al-Askari a.s. katakan,
kami bawa perhatian anda kepada riwayat Nabi berikut ini.
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta
beberapa nasehat kepada beliau. Nabi Saw. menjawab:
"Jauhilah dusta dan lengkapilah dirimu dengan
kebenaran (amanah)."
Lelaki itu, si pelaku berbagai macam dosa, mengikrarkan janji
untuk tidak pernah lagi melakukan pelanggaran lainnya.
Sebenarnya, orang yang bersahabat dengan orang yang jujur
dan terbiasa berlaku benar, baik secara lisan maupun
tindakan, akan hidup bebas dari kesedihan dan deprivasi,
pikiran dan rohani mereka akan bercahaya dengan
keyakinan, mereka jauh dari kegoncangan dan ketakutan,
dan dari pemikiran yang kabur.
Renungan sesaat tentang akibat berdusta, apakah yang
berhubungan dengan agama atau pendapatan materi, akan
memberikan suatu hikmah yang sangat bernilai bagi siapa
saja yang ingin sekali membina kehidupan yang mulia dan
luhur. Dampak-dampak dari berdusta tidak lain kecuali
cambukan-cambukan peringatan.
Sifat amanah hanya dapat dicapai di bawah bayang-bayang
akhlak dan keyakinan. Sehingga ketika syarat-syarat ini tak
terpenuhi, kebahagiaan manusia tidak akan memiliki suatu
kesempatan untuk tetap hidup.
sebagai orang-orang kafir:
"Hanya mereka yang berdusta yang tidak percaya
kepada firman-firman Allah, dan inilah para
pendusta"
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang beriman
tidak menjadikan dirinya sebagai limbah kepalsuan.
Rasulullah Saw. menyatakan:
Ikutilah kebenaran, karena kebenaran membimbing
ke Surga. Sesungguhnya manusia itu selalu berkata
benar dan mencarinya hingga ia dicatat sebagai
orang yang benar di sisi Allah. Dan hindarilah
kebatilan, karena kebatilan membimbing ke neraka,
Manusia selalu berdusta hingga ia dicatat sebagai
seorang pendusta di sisi Allah.
Di antara ciri-ciri pendusta adalah bahwa mereka hanya
percaya setelah benar-benar sangat terdesak. Rasulullah
Saw. berkata:
Sesungguhnya orang-orang yang paling sering
dipercayai manusia adalah yang paling sering
berkata benar; dan orang-orang yang paling ragu
adalah orang-orang yang paling sering berdusta".
Dr. Samuel Smiles menulis:
Beberapa orang menganggap bahwa watak mereka
yang rendah itu wajar dibandingkan dengan watak-
watak lainnya, sedangkan sebenarnya kita tahu
bahwa manusia adalah cerminan dari tingkah laku
mereka masing-masing. Oleh karenanya, baik dan
buruk yang kita lihat pada diri orang lain tidak lain
kecuali suatu cerminan dari apa yang ada dalam
kesadaran kita.
Orang-orang yang memiliki keberanian atau keteguhan hati
dengan akhlak dan tingkah Laku yang baik tidak dapat
menerima kebatilan, mereka juga tidak ingin dikotori oleh
kotoran semacam ini. Para pendusta itu menderita gangguan
mental yang selaju menjauhkan diri mereka dari berkata
benar. Orang-orang yang terpaksa berdusta dalam hari
kecilnya merasa lemah dan hina, karena dusta berada di
muka orang-orang yang lemah dan pengecut.
Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. mengatakan:
jika kemanunggalan wujud (entity) itu terwujud,
sesungguhnya kebenaran akan berdiri bersama
keberanian; kekecutan akan berdiri bersama dusta.
Dr. Raymond Peach berkata:
Dusta adalah senjata pertahanan terbaik dari orang
yang lemah dan jalan tercepat untuk menghindari
bahaya. Dalam banyak hal dusta merupakan suatu
reaksi terhadap kelemahan dan kegagalan. Jika anda
bertanya kepada seorang anak, 'Apakah kamu
menyentuh gula-gula ini?' atau 'Apakah kamu yang
memecahkan vas bunga ini?' Jika si anak mengetahui
bahwa dengan mengakui kesalahan ia akan terkena
hukuman, maka nalurinya berkata padanya untuk
menyangkalnya.
Imam Ali a.s. menyatakan tentang berbagai manfaat yang
jelas dari kebenaran, dalam suatu riwayat yang jelas:
Orang yang berkata benar memperoleh tiga hal:
kepercayaan, kecintaan dan martabat (dari orang
lain). Janganlah disesatkan oleh shalat dan puasa
mereka, karena seseorang bisa saja kuat dalam
shalat dan puasa sehingga jika ia akan
meninggalkannya, ia merasa kesepian. Sebaiknya,
cobalah mereka ketika hendak berkata benar dan
memenuhi kepercayaan (amanah).
Berkenaan dengan ini Imam Ali a.s. berkata:
Dusta adalah sifat yang paling buruk.
Dr. Samuel Smiles menulis:
Di antara semua watak yang lemah. dusta adalah
sifat yang paling buruk dan paling menjijikkan.
Adalah penting bila manusia bercita-cita untuk
menjadi benar dan jujur di seluruh tahap-tahap
kehidupannya, dan bagaimana pun hal ini tidak
meninggalkan maksud atau tujuan lainnya. Islam
melandaskan semua proses perilaku dan koreksi
pada iman dan menjadikannya sebagai dasar bagi
kebahagiaan manusia.
Akhlak tanpa iman laksana sebuah istana yang dibangun di
atas lumpur atau es. Atau sebagaimana pakar lainnya
menjelaskan:
Akhlak tanpa iman laksana benih yang ditanam di
atas batu atau di antara dedurian, pada akhirnya ia
layu dan mati. Jika sifat-sifat mulia tidak dimotivasi
oleh iman, ia laksana panen yang mati di dekat orang
yang hidup.
Agama menguasai hati dan pikiran sekaligus! Ia adalah arena
dalam membawa keharmonisan kepada mereka. Perasaan-
perasaan keagamaan mengurangi berbagai keinginan materi
dan membangun sebuah tembok yang tidak dapat dilalui di
antara iman dan kerendahan. Orang-orang yang mantap
dengan keyakinannya selalu menetapkan berbagai tujuan
dan perasaan dengan tenang.
"Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati merasa
tenang."
Islam menetapkan watak manusia sesuai dengan tingkat
keyakinan dan sifat-sifat baiknya, dan lslam secara gigih
berjuang untuk menguatkan kedua faktor ini. Misalnya, Islam
telah menjadikan iman sebagai suatu jaminan bagi
keabsahan pernyataan-pernyataan seseorang ketika ia
mengangkat sumpah. Menurut hukum lslam, dalam keadaan-
keadaan tertentu sumpah seorang Muslim dapat merupakan
bukti, sehingga ia dianggap menentukan dalam
menyelesaikan perselisihan. Islam juga telah menjadikan
kesaksian (syahadah) manusia sebagai cara untuk
membuktikan hak-haknya.
Jadi, jika dusta tampak dalam bentuk rasa takut yang sangat -
dalam segala hal yang tersebut di atas- maka jelaslah
seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku
semacam ini.
Dalam Al-Quran dusta dianggap sebagai dosa yang tidak
dapat diampuni.
"Dan tidak pernah menerima kesaksian dari mereka".
Dasar dari besarnya dosa berdusta secara jelas berhubungan
dengan seberapa banyak kerusakan yang timbul karena dosa
semacam ini. Maka dari itu, karena dusta di bawah sumpah
dan kesaksian itu lebih merusak, hukuman bagi dosa ini pun
lebih keras.
Dusta adalah suatu perbuatan yang mengarah kepada segala
sifat jahat lainnya.
Imam Hasan Al-Askari a.s. berkata:
Semua sifat dengki ditempatkan di dalam sebuah
rumah dan kunci untuk rumah ini adalah dusta.
Untuk menjelaskan apa yang Imam Al-Askari a.s. katakan,
kami bawa perhatian anda kepada riwayat Nabi berikut ini.
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta
beberapa nasehat kepada beliau. Nabi Saw. menjawab:
"Jauhilah dusta dan lengkapilah dirimu dengan
kebenaran (amanah)."
Lelaki itu, si pelaku berbagai macam dosa, mengikrarkan janji
untuk tidak pernah lagi melakukan pelanggaran lainnya.
Sebenarnya, orang yang bersahabat dengan orang yang jujur
dan terbiasa berlaku benar, baik secara lisan maupun
tindakan, akan hidup bebas dari kesedihan dan deprivasi,
pikiran dan rohani mereka akan bercahaya dengan
keyakinan, mereka jauh dari kegoncangan dan ketakutan,
dan dari pemikiran yang kabur.
Renungan sesaat tentang akibat berdusta, apakah yang
berhubungan dengan agama atau pendapatan materi, akan
memberikan suatu hikmah yang sangat bernilai bagi siapa
saja yang ingin sekali membina kehidupan yang mulia dan
luhur. Dampak-dampak dari berdusta tidak lain kecuali
cambukan-cambukan peringatan.
Sifat amanah hanya dapat dicapai di bawah bayang-bayang
akhlak dan keyakinan. Sehingga ketika syarat-syarat ini tak
terpenuhi, kebahagiaan manusia tidak akan memiliki suatu
kesempatan untuk tetap hidup.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Sunday 19 January 2014
Mudarat-mudarat Berdusta
Banyaknya manfaat dari kejujuran sebanyak mudarat yang
ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling
indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk.
Lidah menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia
keluar, oleh karena itu jika dusta itu berangkat dari dengki
dan atau benci, maka ini merupakan salah satu tanda yang
berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu berangkat dari
kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini
berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang
membara.
Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan
tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin
musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan.
Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan
menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki
pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan
persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta
mengembangkan kemunafikan. Sebenarnya, penyebab besar
menyangkut kesesatan bersumber dari pernyataan-
pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia
yang memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang
terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan
menyembunyikan fakta-fakta di balik kata-kata magisnya,
dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa
dengan dusta-dusta yang beracun.
Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir atau
merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak
akan pernah ada orang yang membongkar rahasia-rahasia
mereka". Di dalam kata-kata mereka kita temukan banyak
kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus diliputi oleh
rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah jika
dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-
kenangan yang buruk"
Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang
meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:
Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik
daripada kebenaran yang menyakitkan.
Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi sifat
tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini
untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini
jahil tentang dalil dan hukum berkenaan dengan persoalan
itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa jika jiwa, martabat
seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting terancam,
adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara
yang mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang
sah yang mengatakan, "berbagai kebutuhan menghalalkan
yang diharamkan". Dusta seperlunya (necessary lying)
memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di perbatasan
keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran
"kepembangunan" (constructiveness) untuk melibatkan
dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak akan ada dusta tanpa
sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah seorang
ulama besar mengatakan.
Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi
kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan
atas segala tindakan kita. Bahkan para kriminal
profesional pun mempunyai alasan bagi kejahatan-
kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat
dan kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat.
Dengan kata lain, setiap dusta yang diucapkan itu
mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik
jika ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya
sehingga tidak ada alasan untuk menyembunyikan
fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah
fitrah manusia dalam memandang segalanya yang
mungkin bermanfaat baginya itu baik. Jika manusia
berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan
pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau
kejujuran atau membayangkan ada kebaikan di
dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa adanya
keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam
kebenaran dan kebaikan di dalam dusta.
Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu
merupakan suatu kejahatan besar.
Kebebasan berbicara lebih penting daripada kebebasan
berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan
ketika melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya
orang itu saja yang dirugikan. Di lain pihak, ketika
melaksanakan kebebasan berbicara, kesejahteraan
masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat
kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan
masyarakat.
Al-Ghozali telah berkata:
Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah
makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan
ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang
sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan
tidak taat. Baik kafir maupun beriman,
terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah
atau keingkaran yang penghabisan.
Kemudian beliau menambahkan:
Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya
demi agama, yang mampu menghindari kejahatan.
Orang-orang ini tidak pernah membebaskan lidahnya
kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan
tempat istirahat mereka yang kekal,
(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)
Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan
kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak
memasuki hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana
berbuat dan berbicara lewat keluarga dan orang-orang
sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta dan atau
menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan
keluarga, anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan
terjungkir oleh penyakit yang sama.
Morris T. Yash berkata:
Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk
mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh
orang-orang yang dididik olehnya, demikian juga
anak-anak.
ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling
indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk.
Lidah menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia
keluar, oleh karena itu jika dusta itu berangkat dari dengki
dan atau benci, maka ini merupakan salah satu tanda yang
berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu berangkat dari
kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini
berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang
membara.
Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan
tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin
musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan.
Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan
menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki
pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan
persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta
mengembangkan kemunafikan. Sebenarnya, penyebab besar
menyangkut kesesatan bersumber dari pernyataan-
pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia
yang memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang
terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan
menyembunyikan fakta-fakta di balik kata-kata magisnya,
dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa
dengan dusta-dusta yang beracun.
Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir atau
merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak
akan pernah ada orang yang membongkar rahasia-rahasia
mereka". Di dalam kata-kata mereka kita temukan banyak
kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus diliputi oleh
rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah jika
dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-
kenangan yang buruk"
Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang
meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:
Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik
daripada kebenaran yang menyakitkan.
Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi sifat
tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini
untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini
jahil tentang dalil dan hukum berkenaan dengan persoalan
itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa jika jiwa, martabat
seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting terancam,
adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara
yang mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang
sah yang mengatakan, "berbagai kebutuhan menghalalkan
yang diharamkan". Dusta seperlunya (necessary lying)
memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di perbatasan
keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran
"kepembangunan" (constructiveness) untuk melibatkan
dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak akan ada dusta tanpa
sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah seorang
ulama besar mengatakan.
Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi
kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan
atas segala tindakan kita. Bahkan para kriminal
profesional pun mempunyai alasan bagi kejahatan-
kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat
dan kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat.
Dengan kata lain, setiap dusta yang diucapkan itu
mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik
jika ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya
sehingga tidak ada alasan untuk menyembunyikan
fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah
fitrah manusia dalam memandang segalanya yang
mungkin bermanfaat baginya itu baik. Jika manusia
berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan
pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau
kejujuran atau membayangkan ada kebaikan di
dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa adanya
keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam
kebenaran dan kebaikan di dalam dusta.
Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu
merupakan suatu kejahatan besar.
Kebebasan berbicara lebih penting daripada kebebasan
berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan
ketika melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya
orang itu saja yang dirugikan. Di lain pihak, ketika
melaksanakan kebebasan berbicara, kesejahteraan
masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat
kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan
masyarakat.
Al-Ghozali telah berkata:
Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah
makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan
ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang
sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan
tidak taat. Baik kafir maupun beriman,
terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah
atau keingkaran yang penghabisan.
Kemudian beliau menambahkan:
Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya
demi agama, yang mampu menghindari kejahatan.
Orang-orang ini tidak pernah membebaskan lidahnya
kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan
tempat istirahat mereka yang kekal,
(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)
Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan
kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak
memasuki hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana
berbuat dan berbicara lewat keluarga dan orang-orang
sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta dan atau
menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan
keluarga, anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan
terjungkir oleh penyakit yang sama.
Morris T. Yash berkata:
Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk
mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh
orang-orang yang dididik olehnya, demikian juga
anak-anak.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Saturday 18 January 2014
Kedudukan Akhlak dalam Masyarakat
Akhlak merupakan faktor terpenting dalam masyarakat dan
dalam kesempurnaan bangsa-bangsa. Akhlak terlahir sebagai
bagian dari kemanusiaan. Tiada seorang pun menyangkal
peranan vital yang dimainkan oleh akhlak dalam membawa
kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan rohani manusia;
dan juga tiada seorang pun meragukan manfaat dan
pengaruhnya yang menentukan dalam memperkuat
fundamen-fundamen keterpaduan tingkah laku dan
pemikiran, baik pada pergaulan maupun masyarakat.
Dapatkah anda menemukan orang yang jujur dan benar
mencari kebahagiaan di bawah bayang-bayang
pengkhianatan dan dusta? Akhlak sedemikian pentingnya
sehingga bahkan bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada
agama, menghormatinya dan merasakan bahwa akhlak itu
penting bagi mereka untuk ditaati melalui beberapa ajaran
etika agar mampu maju menembus jalan kehidupan yang
berbelit-belit ini. Masyarakat, di mana pun dan dengan
segala macam perilakunya, mempunyai beberapa kesamaan.
Seorang sarjana kenamaan Inggris, Samuel Smiles
mengatakan:
Akhlak adalah salah satu kekuatan yang
menggerakkan dunia ini. Dengan pengertiannya yang
paling baik, akhlak merupakan suatu perwujudan
fitrah manusia pada puncaknya yang tertinggi,
karena akhlak adalah suatu anugerah dari fitrah
manusia untuk kemanusiaan (humanity). Orang-
orang yang unggul dalam segala segi kehidupan
berusaha untuk menarik perhatian manusia kepada
mereka melalui setiap cara yang mulia dan
terhormat. Masyarakat mempercayai orang-orang ini
dan meniru kesempurnaan mereka, karana
masyarakat percaya' bahwa mereka memiliki segala
bakat dari kehidupan ini, dan jika tidak ada eksistensi
orang-orang seperti ini, maka kehidupan tidak akan
bernilai. Jika ciri-ciri genetika yang diwarisi menarik
perhatian dan penghargaan manusia, maka akhlak
menjadikan kepuasan dan kehormatan bagi orang-
orang yang berkelakuan baik. Hal ini karena
perangkat karakteristik yang pertama adalah karya
dari gen-gen, dan perangkat yang kedua adalah hasil
dari pragmatisme dan kekuatan ber pikir, dan ini
meni pakan akal (mind) yang menguasai kita serta
mengatur berbagai urusan kita di sepanjang hidup
kita.
Orang-orang yang telah mencapai puncak
keunggulan dan kebesaran adalah seperti sinar
terang yang membersihkan jalan bagi kemanusiaan
dan membimbing manusia kepada jalan-jalan moral
dan keluhuran. Jika para anggota masyarakat, di
mana saja, kekurangan perilaku yang baik, mereka
tidak akan mampu mencapai keunggulan meskipun
banyak dari hak kebebasan dan hak politik yang
mereka rasakan. Tidaklah penting bagi bangsa-
bangsa untuk memiliki wilayah-wilayah daratan yang
luas agar hidup secara terhormat, karena banyak
bangsa-bangsa dengan populasi besar yang memiliki
wilayah-wilayah' daratan yang luas, tetapi mereka
jauh dari kesempurnaan dan kebesaran. Maka. jika
moralitas suatu bangsa menjadi rusak, pada akhirnya
bangsa itu akan punah.
Semua setuju dengan apa yang telah dikatakan sarjana ini,
namun yang menjadi masalah adalah adanya suatu
perbedaan besar antara mengenal fakta-fakta dengan
bertindak atasnya. Banyak orang yang mengganti perilaku
baik dengan kecenderungan-kecenderungan hewani nya.
Mereka mengganti moralnya yang baik demi nafsu-nafsunya,
seperti gelembung-gelembung yang tampak berkilauan di
atas permukaan air.
Tak syak lagi, manusia telah keluar dari pabrik kehidupan
dengan membawa serta hal-hal yang bertentangan dengan
nalurinya. Kini manusia terus menerus menjadi ajang suatu
perjuangan yang dahsyat antara sifat jahat dan baik. Langkah
pertama untuk menghapus sifat jahat manusia adalah
menanam nafsu-nafsu dan amarahnya dalam medan perang
ini karena mereka adalah penyebab dari kekuatan hewani
manusia, yaitu dengki. Adalah wajib bagi siapa saja yang
berhasrat mencapai kesempurnaan, untuk menjauhi
kemubaziran dan menghindarkan diri dari berbagai
kecenderungan berbahaya yang muncul dari sifat-sifat
semacam ini serta merubahnya menjadi perasaan-perasaan
yang indah dan bermanfaat. Alasan untuk ini adalah bahwa
sebagian besar manfaat manusia berasal dari perasaan ini,
tetapi perasaan semacam ini hanya rampak baik jika ia patuh
kepada perintah-perintah akal.
Menurut seorang psikolog:
Perasaan-perasaan manusia adalah seperti sebuah
kontainer yang memiliki dua serambi. Serambi
pertama menyerang dan yang kedua bertahan. Jika
manusia dapat mengarahkan perasaan-perasaan ber
tahannya agar berada di atas perasaan yang
menyerang, maka ia akan memperoleh kendali atas
eksistensinya dan membimbing perasaan ini
sekehendaknya, tidak sekehendak perasaan
perasaannya.
Orang-orang yang menyeimbangkan kekuatan-
kekuatan batin dengan nafsu-nafsunya dan yang
memiliki cita-cita yang lebih baik dan telah
menciptakan suatu perasaan damai antara pikiran
dan hatinya, tidak syak lagi ia telah menempuh jalan
kebahagiaan di antara berbagai problema kehidupan
dan mengikuti kehendak untuk bebas dari
kelemahan, kegagalan atau kekalahan. Memang
benar bahwa kemampuan manusia telah mencapai
tingkat kegunaan, gerak dan kecepatan yang tinggi
yang memberikan manusia kesempatan untuk
mencapai ke kedalaman lautan dan samudera
dengan menggunakan kekuatan berpikirnya. Namun
apa yang kami amati sekarang kesengsaraan dan
kegundahan yang terus-menerus di jantung
peradaban telah mencapai tingkat seperti mainan di
tangan sang problema dan penderitaan. Kesalahan
ini terjadi karena penyimpangan yang dilakukan dari
jalan yang mulia dan nilai-nilai rohani.
Dr. Roman menulis:
llmu pengetahuan telah maju dalam abad ini terapi
akhlak dan perasaan terap masih primitif. Jika akhlak
dan perasaan maju bersama dengan akal dan pikiran,
maka mungkin kita dapat menyatakan bahwa
manusia telah maju dalam kemanusiaannya juga.
Sesuai dengan hukum-hukum keseimbangan dan persamaan,
nasib suatu peradaban yang kekurangan sifat-sifat mulia akan
menghadapi kerusakan dan kepunahan. Alasan atas berbagai
kesengsaraan dan ketidaksempurnaan yang terjadi di segala
jenis masyarakat adalah suatu fenomena tentang berbagai
kebutuhan manusia akan nilai-nilai moral, yakni nilai-nilai
yang akan mengembangkan ruh kehidupan di dalam daging
peradaban yang sedang sekarat dan memberinya suatu
kekuatan yang memang ia butuhkan.
dalam kesempurnaan bangsa-bangsa. Akhlak terlahir sebagai
bagian dari kemanusiaan. Tiada seorang pun menyangkal
peranan vital yang dimainkan oleh akhlak dalam membawa
kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan rohani manusia;
dan juga tiada seorang pun meragukan manfaat dan
pengaruhnya yang menentukan dalam memperkuat
fundamen-fundamen keterpaduan tingkah laku dan
pemikiran, baik pada pergaulan maupun masyarakat.
Dapatkah anda menemukan orang yang jujur dan benar
mencari kebahagiaan di bawah bayang-bayang
pengkhianatan dan dusta? Akhlak sedemikian pentingnya
sehingga bahkan bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada
agama, menghormatinya dan merasakan bahwa akhlak itu
penting bagi mereka untuk ditaati melalui beberapa ajaran
etika agar mampu maju menembus jalan kehidupan yang
berbelit-belit ini. Masyarakat, di mana pun dan dengan
segala macam perilakunya, mempunyai beberapa kesamaan.
Seorang sarjana kenamaan Inggris, Samuel Smiles
mengatakan:
Akhlak adalah salah satu kekuatan yang
menggerakkan dunia ini. Dengan pengertiannya yang
paling baik, akhlak merupakan suatu perwujudan
fitrah manusia pada puncaknya yang tertinggi,
karena akhlak adalah suatu anugerah dari fitrah
manusia untuk kemanusiaan (humanity). Orang-
orang yang unggul dalam segala segi kehidupan
berusaha untuk menarik perhatian manusia kepada
mereka melalui setiap cara yang mulia dan
terhormat. Masyarakat mempercayai orang-orang ini
dan meniru kesempurnaan mereka, karana
masyarakat percaya' bahwa mereka memiliki segala
bakat dari kehidupan ini, dan jika tidak ada eksistensi
orang-orang seperti ini, maka kehidupan tidak akan
bernilai. Jika ciri-ciri genetika yang diwarisi menarik
perhatian dan penghargaan manusia, maka akhlak
menjadikan kepuasan dan kehormatan bagi orang-
orang yang berkelakuan baik. Hal ini karena
perangkat karakteristik yang pertama adalah karya
dari gen-gen, dan perangkat yang kedua adalah hasil
dari pragmatisme dan kekuatan ber pikir, dan ini
meni pakan akal (mind) yang menguasai kita serta
mengatur berbagai urusan kita di sepanjang hidup
kita.
Orang-orang yang telah mencapai puncak
keunggulan dan kebesaran adalah seperti sinar
terang yang membersihkan jalan bagi kemanusiaan
dan membimbing manusia kepada jalan-jalan moral
dan keluhuran. Jika para anggota masyarakat, di
mana saja, kekurangan perilaku yang baik, mereka
tidak akan mampu mencapai keunggulan meskipun
banyak dari hak kebebasan dan hak politik yang
mereka rasakan. Tidaklah penting bagi bangsa-
bangsa untuk memiliki wilayah-wilayah daratan yang
luas agar hidup secara terhormat, karena banyak
bangsa-bangsa dengan populasi besar yang memiliki
wilayah-wilayah' daratan yang luas, tetapi mereka
jauh dari kesempurnaan dan kebesaran. Maka. jika
moralitas suatu bangsa menjadi rusak, pada akhirnya
bangsa itu akan punah.
Semua setuju dengan apa yang telah dikatakan sarjana ini,
namun yang menjadi masalah adalah adanya suatu
perbedaan besar antara mengenal fakta-fakta dengan
bertindak atasnya. Banyak orang yang mengganti perilaku
baik dengan kecenderungan-kecenderungan hewani nya.
Mereka mengganti moralnya yang baik demi nafsu-nafsunya,
seperti gelembung-gelembung yang tampak berkilauan di
atas permukaan air.
Tak syak lagi, manusia telah keluar dari pabrik kehidupan
dengan membawa serta hal-hal yang bertentangan dengan
nalurinya. Kini manusia terus menerus menjadi ajang suatu
perjuangan yang dahsyat antara sifat jahat dan baik. Langkah
pertama untuk menghapus sifat jahat manusia adalah
menanam nafsu-nafsu dan amarahnya dalam medan perang
ini karena mereka adalah penyebab dari kekuatan hewani
manusia, yaitu dengki. Adalah wajib bagi siapa saja yang
berhasrat mencapai kesempurnaan, untuk menjauhi
kemubaziran dan menghindarkan diri dari berbagai
kecenderungan berbahaya yang muncul dari sifat-sifat
semacam ini serta merubahnya menjadi perasaan-perasaan
yang indah dan bermanfaat. Alasan untuk ini adalah bahwa
sebagian besar manfaat manusia berasal dari perasaan ini,
tetapi perasaan semacam ini hanya rampak baik jika ia patuh
kepada perintah-perintah akal.
Menurut seorang psikolog:
Perasaan-perasaan manusia adalah seperti sebuah
kontainer yang memiliki dua serambi. Serambi
pertama menyerang dan yang kedua bertahan. Jika
manusia dapat mengarahkan perasaan-perasaan ber
tahannya agar berada di atas perasaan yang
menyerang, maka ia akan memperoleh kendali atas
eksistensinya dan membimbing perasaan ini
sekehendaknya, tidak sekehendak perasaan
perasaannya.
Orang-orang yang menyeimbangkan kekuatan-
kekuatan batin dengan nafsu-nafsunya dan yang
memiliki cita-cita yang lebih baik dan telah
menciptakan suatu perasaan damai antara pikiran
dan hatinya, tidak syak lagi ia telah menempuh jalan
kebahagiaan di antara berbagai problema kehidupan
dan mengikuti kehendak untuk bebas dari
kelemahan, kegagalan atau kekalahan. Memang
benar bahwa kemampuan manusia telah mencapai
tingkat kegunaan, gerak dan kecepatan yang tinggi
yang memberikan manusia kesempatan untuk
mencapai ke kedalaman lautan dan samudera
dengan menggunakan kekuatan berpikirnya. Namun
apa yang kami amati sekarang kesengsaraan dan
kegundahan yang terus-menerus di jantung
peradaban telah mencapai tingkat seperti mainan di
tangan sang problema dan penderitaan. Kesalahan
ini terjadi karena penyimpangan yang dilakukan dari
jalan yang mulia dan nilai-nilai rohani.
Dr. Roman menulis:
llmu pengetahuan telah maju dalam abad ini terapi
akhlak dan perasaan terap masih primitif. Jika akhlak
dan perasaan maju bersama dengan akal dan pikiran,
maka mungkin kita dapat menyatakan bahwa
manusia telah maju dalam kemanusiaannya juga.
Sesuai dengan hukum-hukum keseimbangan dan persamaan,
nasib suatu peradaban yang kekurangan sifat-sifat mulia akan
menghadapi kerusakan dan kepunahan. Alasan atas berbagai
kesengsaraan dan ketidaksempurnaan yang terjadi di segala
jenis masyarakat adalah suatu fenomena tentang berbagai
kebutuhan manusia akan nilai-nilai moral, yakni nilai-nilai
yang akan mengembangkan ruh kehidupan di dalam daging
peradaban yang sedang sekarat dan memberinya suatu
kekuatan yang memang ia butuhkan.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Friday 17 January 2014
Sikap Islam Terhadap Sifat Pesimis
Al-Quran secara jelas memasukkan sifat pesimis dan
pemikiran buruk di antara perbuatan dosa yang jahat, dan
memperingatkan kaum Muslimin dari berpikir secara negatif
satu sama lain.
"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
dari prasangka itu adalah dosa".
Agama Islam melarang sifat prasangka jika bukti yang
meyakinkan tidak ada. Rasulullah Saw. berkata:
"Seorang Muslim aman dari Muslim yang lain:
darahnya, hartanya dan (dilarang) bagi seorang
Muslim untuk berpikir secara negatif terhadap yang
lain."
(Tirmidzi, Bab 18, Ibnu Majah, Bab 2)
Jadi, karana diharamkan memindahkan harta seseorang
kepada orang lain tanpa bukti yang cukup, diharamkan juga
mencurigai orang dan menuduhnya berbuat jahat sebelum
membuktikan kesalahannya dengan bukti yang meyakinkan.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Tidak dibenarkan menghukum sesuatu yang dapat
dipercaya hanya atas dasar spekulasi.
(Nahjul Balaghah, hal. 174)
Kemudian beliau menjelaskan hal-hal yang mudarat dan
merugikan dari sifat prasangka ketika beliau berkata:
Berhati-hatilah terhadap prasangka, karana
prasangka meruntuhkan ibadah dan membuat dosa
menjadi lebih besar.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 154)
Bahkan beliau menggambarkan prasangka baik sebagai sifat
yang menindas.
Berprasangka (kepada pelaku perbuatan baik)
merupakan dosa yang paling buruk dan jenis
penindasan yang paling buruk.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 434)
Beliau juga mengatakan bahwa berprasangka kepada orang
yang anda cintai menyebabkan hubungan menjadi lebih
buruk dan pada akhirnya akan memutuskannya. Imam Ali as.
menyatakan:
Barangsiapa yang berlebih-lebihan dalam
berprasangka. tidak meninggalkan kedamaian antara
dia dan yang dicintainya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 698)
Prasangka memiliki dampak yang bertentangan dengan batin
dan tingkah laku orang lain. juga kepada mereka yang
berprasangka. Kadang-kadang sifat prasangka menyeret
orang-orang tersangka dari jalan yang lurus dan
mengarahkan mereka kepada kerusakan dan kerendahan.
Imam Ali a.s. berkata:
Prasangka merusak berbagai urusan dan menghasut
kejahatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 433)
Dr. Mardin menulis:
Beberapa pemilik usaha mencurigai para
karyawannya mencuri. sebaliknya, hal ini memaksa
tersangka untuk menjadi apa yang mereka
sangkakan. Walaupun prasangka tidak rampak dalam
kata-kata atau perbuatan, ia mempengaruhi batin si
tersangka dan mengarahkannya untuk melakukan
apa yang disangkakan kepadanya.
(Pirozi Fikr)
Mengenai prasangka, Imam Ali a.s. juga menyatakan:
Jauhilah prasangka ketika tidak pantas, karena hal ini
memanggil orang ya.ng sehat kepada sakit; dan
orang yang tidak berdosa kepada keraguan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 152)
Beliau juga menyatakan bahwa orang-orang yang menderita
penyakit prasangka terampas kesehatan jasmani dan
rohaninya:
Orang yang suka berprasangka tidak pernah dapat
ditemukan dalam keadaan sehat.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 835)
Dr. Carl menulis mengenai hal ini:
Beberapa kebinasaan, seperti mengeluh dan
mencurigai orang, mengurangi kemampuan
seseorang untuk hidup. Kebiasaan perilaku yang.
negatif ini secara merugikan mempengaruhi orang
tersebut dan juga mempengaruhi kelenjar tubuh. Ia
juga menyebabkan kerusakan praktis pada tubuh.
(Rah Wa Rasm Zindaqi)
Dr. Mardin menambahkan:
Prasangka menghilangkan kesehatan dan
melemahkan kekuatan-kekuatan perilaku. Jiwa-jiwa
yang seimbang tidak pernah mendambakan
kerusakan. Mereka mengharapkan kebaikan di setiap
saat. karena mereka tahu bahwa kebaikan
merupakan kenyataan yang kekal. dan bahwa
kejahatan tidak lain kecuali pekerjaan yang
melemahkan kekuatan kebaikan. Karena kegelapan
merupakan akibat dari kurangnya cahaya. maka
carilah jalan yang terang, karana ia menghapus
kegelapan hati.
(Pirozi Fikr)
Orang-orang yang suka berprasangka merasa takut terhadap
orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali a.s.:
Barangsiapa yang suka berprasangka merasa takut
kepada siapa saja.
Dr. Farmer mengatakan:
Orang-orang yang .takur berbicara tentang berbagai
gagasan dan sudut pandangnya di muka umum, di
mana justru setiap orang secara terang-terangan
menyatakan berbagai pendapat mereka, dan yang
mencari tempat berlindung di tepi jalan dan di ujung
lorong untuk menghindari pertemuan dengan para
sahabatnya (yang berkumpul) di jalan-jalan yang
lebar atau di taman-taman umum, mereka dikuasai
oleh rasa takut, prasangka dan pesimis.
(Raz Khusbbakhti)
Salah satu faktor yang menyebabkan prasangka adalah
kenangan-kenangan buruk yang disembunyikan di dalam
batin seseorang. Imam Ali a.s, berkata:
Hati mempunyai dugaan-dugaan buruk dan hati
membencinya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 29)
Dr. Haleem Shakhter berkata:
Orang-orang yang kurang percaya diri mempunyai
kepekaan yang tinggi sehingga mereka akan
mengalami penderitaan-penderitaan hanya dari hal-
hal kecil.
Bekas-bekas dari penderitaan-penderitaan semacam
ini tetap berada dalam benak bawah sadar mereka
dan mempengaruhi berbagai tindakan, ucapan dan
pemikiran mereka. Segera setelah itu mereka jatuh
menjadi korban penyakit prasangka dan tidak
menyadari alasan di balik berbagai penderitaan
mereka.
Berbagai kenangan yang menyakitkan
menyembunyikan diri ke dalam perasaan kita dan
sangar sulit bagi kita untuk mengetahuinya. Dengan
kata lain, memang wajar bagi manusia untuk
menghindarkan diri dari berbagai kenangan pahit
dan mencoba menghilangkannya dari pikiran. Musuh
yang bersembunyi ini tidak pernah berhenti
menimbulkan kejahatan dan kebencian atas jiwa,
tingkah dan perilaku kita. Bahkan kadang-kadang kita
mendengar atau menemukan kata-kata atau
tindakan kira sendiri atau orang lain, yang karenanya
kita menyadari tidak adanya penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka jika kira dengan hati-
hati memeriksa diri, kira dapat menemukan bahwa
itu semua disebabkan oleh kenangan atau ingatan-
ingatan yang buruk.
(Rusdhe Shahkhsiat)
Orang yang berwatak rendah memilih diri mereka menjadi
hakim atas tindakan-tindakan orang lain, sehingga berbagai
kelakuan buruk orang lain berpengaruh padanya. Imam Ali
a.s. menunjukkan fakta ini ketika beliau berkata:
Para pelaku kejahatan tidak pernah berpikir baik
tentang orang lain karena mereka melihat orang lain
dengan wataknya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 80)
Sebagaimana dikutip Dr. Mann mengatakan:
Beberapa orang menguruk orang lain dengan
mengeluh tentang perbuatan-perbuatan mereka
sedangkan mereka, diri mereka sendiri, melakukan
perbuatan yang sama; mereka melakukan hal ini
untuk menebus kekurangan-kekurangan mereka
sendiri dan untuk semacam pertahanan diri. Sikap ini
digambarkan sebagai suatu cara menghindari rasa
gelisah; membandingkan orang lain dengan dirinya
merupakan suatu tindakan kemarahan. Ketika
keadaan tersebut memuncak dan pertahanan diri
semakin bertambah, mereka akhirnya berada pada
situasi 'kerusakan mental'. Sistem pertahanan ini
dapat timbul dengan melakukan SCSU3ru yang
secara sosial tidak dapat diterima dan pada gilirannya
menciptakan suatu 'perasaan ingin' menghubung-
hubungkannya dengan orang lain.
(Ushul e Ravanshenashi)
Ketika Rasulullah Saw. memasuki kota Madinah setelah
berhijrah dari Makkah, seorang lelaki mendatangi beliau dan
berkata: 'Wahai Rasulullah, orang-orang di kota ini adalah
orang-orang baik, mereka semua baik; engkau celah
melakukan suatu hal' yang tepat dengan datang ke sini".
Rasulullah Saw. berkata kepada lelaki itu: "Engkau berkata
benar". Kemudian lelaki lain mendatangi Nabi dan berkata:
“Rasulullah, orang-orang di kota ini jahat, akan lebih baik bila
engkau tidak hijrah kemari!" Kemudian Rasulullah berkata:
"Engkau berkata benar". Ketika orang-orang mendengar
jawaban Nabi kepada kedua lelaki itu, maka mereka pun
bertanya kepada beliau. Nabi memberi jawaban kepada
mereka: "Tiap-tiap orang itu berkata dengan apa yang ada
dalam benaknya, oleh karenanya kedua-duanya benar". Yang
Nabi Saw. maksudkan bahwa kedua lelaki itu benar terhadap
dirinya masing-masing.”
Jenis prasangka yang dilarang secara jelas dapat dipahami
sebagai suatu pemikiran yang sesat, dan sebagai
kecenderungan jiwa kepada pemikiran yang buruk serta
bersikeras terhadapnya. Yang lebih dilarang daripada jenis
prasangka ini adalah berbuat atasnya. Karena, berbagai
pemikiran dan dugaan yang ada dalam pikiran namun tanpa
ada perbuatan nyata dari individu, tidak dapat dianggap
berada di bawah wewenang hukum fiqih. Pemikiran-
pemikiran ini muncul di luar kemauan, menghindarinya juga
di luar kemauan; tetapi adalah kehendak individu untuk
mewujudkan atau tidak mewujudkannya dalam tindakan-
tindakan.
Berbagai kesengsaraan orang-orang pesimis -berasal dari
kekacauan yang mengerikan ini. Oleh karena itu, adalah
wajib bagi orang-orang yang dapat menunjukkan dengan
tepat suatu alasan yang menyebabkan mereka menjadi
terlalu berprasangka demi mengobati dan melepaskan diri
mereka dari kemalangan-kemalangan semacam ini.
pemikiran buruk di antara perbuatan dosa yang jahat, dan
memperingatkan kaum Muslimin dari berpikir secara negatif
satu sama lain.
"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
dari prasangka itu adalah dosa".
Agama Islam melarang sifat prasangka jika bukti yang
meyakinkan tidak ada. Rasulullah Saw. berkata:
"Seorang Muslim aman dari Muslim yang lain:
darahnya, hartanya dan (dilarang) bagi seorang
Muslim untuk berpikir secara negatif terhadap yang
lain."
(Tirmidzi, Bab 18, Ibnu Majah, Bab 2)
Jadi, karana diharamkan memindahkan harta seseorang
kepada orang lain tanpa bukti yang cukup, diharamkan juga
mencurigai orang dan menuduhnya berbuat jahat sebelum
membuktikan kesalahannya dengan bukti yang meyakinkan.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Tidak dibenarkan menghukum sesuatu yang dapat
dipercaya hanya atas dasar spekulasi.
(Nahjul Balaghah, hal. 174)
Kemudian beliau menjelaskan hal-hal yang mudarat dan
merugikan dari sifat prasangka ketika beliau berkata:
Berhati-hatilah terhadap prasangka, karana
prasangka meruntuhkan ibadah dan membuat dosa
menjadi lebih besar.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 154)
Bahkan beliau menggambarkan prasangka baik sebagai sifat
yang menindas.
Berprasangka (kepada pelaku perbuatan baik)
merupakan dosa yang paling buruk dan jenis
penindasan yang paling buruk.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 434)
Beliau juga mengatakan bahwa berprasangka kepada orang
yang anda cintai menyebabkan hubungan menjadi lebih
buruk dan pada akhirnya akan memutuskannya. Imam Ali as.
menyatakan:
Barangsiapa yang berlebih-lebihan dalam
berprasangka. tidak meninggalkan kedamaian antara
dia dan yang dicintainya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 698)
Prasangka memiliki dampak yang bertentangan dengan batin
dan tingkah laku orang lain. juga kepada mereka yang
berprasangka. Kadang-kadang sifat prasangka menyeret
orang-orang tersangka dari jalan yang lurus dan
mengarahkan mereka kepada kerusakan dan kerendahan.
Imam Ali a.s. berkata:
Prasangka merusak berbagai urusan dan menghasut
kejahatan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 433)
Dr. Mardin menulis:
Beberapa pemilik usaha mencurigai para
karyawannya mencuri. sebaliknya, hal ini memaksa
tersangka untuk menjadi apa yang mereka
sangkakan. Walaupun prasangka tidak rampak dalam
kata-kata atau perbuatan, ia mempengaruhi batin si
tersangka dan mengarahkannya untuk melakukan
apa yang disangkakan kepadanya.
(Pirozi Fikr)
Mengenai prasangka, Imam Ali a.s. juga menyatakan:
Jauhilah prasangka ketika tidak pantas, karena hal ini
memanggil orang ya.ng sehat kepada sakit; dan
orang yang tidak berdosa kepada keraguan.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 152)
Beliau juga menyatakan bahwa orang-orang yang menderita
penyakit prasangka terampas kesehatan jasmani dan
rohaninya:
Orang yang suka berprasangka tidak pernah dapat
ditemukan dalam keadaan sehat.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 835)
Dr. Carl menulis mengenai hal ini:
Beberapa kebinasaan, seperti mengeluh dan
mencurigai orang, mengurangi kemampuan
seseorang untuk hidup. Kebiasaan perilaku yang.
negatif ini secara merugikan mempengaruhi orang
tersebut dan juga mempengaruhi kelenjar tubuh. Ia
juga menyebabkan kerusakan praktis pada tubuh.
(Rah Wa Rasm Zindaqi)
Dr. Mardin menambahkan:
Prasangka menghilangkan kesehatan dan
melemahkan kekuatan-kekuatan perilaku. Jiwa-jiwa
yang seimbang tidak pernah mendambakan
kerusakan. Mereka mengharapkan kebaikan di setiap
saat. karena mereka tahu bahwa kebaikan
merupakan kenyataan yang kekal. dan bahwa
kejahatan tidak lain kecuali pekerjaan yang
melemahkan kekuatan kebaikan. Karena kegelapan
merupakan akibat dari kurangnya cahaya. maka
carilah jalan yang terang, karana ia menghapus
kegelapan hati.
(Pirozi Fikr)
Orang-orang yang suka berprasangka merasa takut terhadap
orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali a.s.:
Barangsiapa yang suka berprasangka merasa takut
kepada siapa saja.
Dr. Farmer mengatakan:
Orang-orang yang .takur berbicara tentang berbagai
gagasan dan sudut pandangnya di muka umum, di
mana justru setiap orang secara terang-terangan
menyatakan berbagai pendapat mereka, dan yang
mencari tempat berlindung di tepi jalan dan di ujung
lorong untuk menghindari pertemuan dengan para
sahabatnya (yang berkumpul) di jalan-jalan yang
lebar atau di taman-taman umum, mereka dikuasai
oleh rasa takut, prasangka dan pesimis.
(Raz Khusbbakhti)
Salah satu faktor yang menyebabkan prasangka adalah
kenangan-kenangan buruk yang disembunyikan di dalam
batin seseorang. Imam Ali a.s, berkata:
Hati mempunyai dugaan-dugaan buruk dan hati
membencinya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 29)
Dr. Haleem Shakhter berkata:
Orang-orang yang kurang percaya diri mempunyai
kepekaan yang tinggi sehingga mereka akan
mengalami penderitaan-penderitaan hanya dari hal-
hal kecil.
Bekas-bekas dari penderitaan-penderitaan semacam
ini tetap berada dalam benak bawah sadar mereka
dan mempengaruhi berbagai tindakan, ucapan dan
pemikiran mereka. Segera setelah itu mereka jatuh
menjadi korban penyakit prasangka dan tidak
menyadari alasan di balik berbagai penderitaan
mereka.
Berbagai kenangan yang menyakitkan
menyembunyikan diri ke dalam perasaan kita dan
sangar sulit bagi kita untuk mengetahuinya. Dengan
kata lain, memang wajar bagi manusia untuk
menghindarkan diri dari berbagai kenangan pahit
dan mencoba menghilangkannya dari pikiran. Musuh
yang bersembunyi ini tidak pernah berhenti
menimbulkan kejahatan dan kebencian atas jiwa,
tingkah dan perilaku kita. Bahkan kadang-kadang kita
mendengar atau menemukan kata-kata atau
tindakan kira sendiri atau orang lain, yang karenanya
kita menyadari tidak adanya penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka jika kira dengan hati-
hati memeriksa diri, kira dapat menemukan bahwa
itu semua disebabkan oleh kenangan atau ingatan-
ingatan yang buruk.
(Rusdhe Shahkhsiat)
Orang yang berwatak rendah memilih diri mereka menjadi
hakim atas tindakan-tindakan orang lain, sehingga berbagai
kelakuan buruk orang lain berpengaruh padanya. Imam Ali
a.s. menunjukkan fakta ini ketika beliau berkata:
Para pelaku kejahatan tidak pernah berpikir baik
tentang orang lain karena mereka melihat orang lain
dengan wataknya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 80)
Sebagaimana dikutip Dr. Mann mengatakan:
Beberapa orang menguruk orang lain dengan
mengeluh tentang perbuatan-perbuatan mereka
sedangkan mereka, diri mereka sendiri, melakukan
perbuatan yang sama; mereka melakukan hal ini
untuk menebus kekurangan-kekurangan mereka
sendiri dan untuk semacam pertahanan diri. Sikap ini
digambarkan sebagai suatu cara menghindari rasa
gelisah; membandingkan orang lain dengan dirinya
merupakan suatu tindakan kemarahan. Ketika
keadaan tersebut memuncak dan pertahanan diri
semakin bertambah, mereka akhirnya berada pada
situasi 'kerusakan mental'. Sistem pertahanan ini
dapat timbul dengan melakukan SCSU3ru yang
secara sosial tidak dapat diterima dan pada gilirannya
menciptakan suatu 'perasaan ingin' menghubung-
hubungkannya dengan orang lain.
(Ushul e Ravanshenashi)
Ketika Rasulullah Saw. memasuki kota Madinah setelah
berhijrah dari Makkah, seorang lelaki mendatangi beliau dan
berkata: 'Wahai Rasulullah, orang-orang di kota ini adalah
orang-orang baik, mereka semua baik; engkau celah
melakukan suatu hal' yang tepat dengan datang ke sini".
Rasulullah Saw. berkata kepada lelaki itu: "Engkau berkata
benar". Kemudian lelaki lain mendatangi Nabi dan berkata:
“Rasulullah, orang-orang di kota ini jahat, akan lebih baik bila
engkau tidak hijrah kemari!" Kemudian Rasulullah berkata:
"Engkau berkata benar". Ketika orang-orang mendengar
jawaban Nabi kepada kedua lelaki itu, maka mereka pun
bertanya kepada beliau. Nabi memberi jawaban kepada
mereka: "Tiap-tiap orang itu berkata dengan apa yang ada
dalam benaknya, oleh karenanya kedua-duanya benar". Yang
Nabi Saw. maksudkan bahwa kedua lelaki itu benar terhadap
dirinya masing-masing.”
Jenis prasangka yang dilarang secara jelas dapat dipahami
sebagai suatu pemikiran yang sesat, dan sebagai
kecenderungan jiwa kepada pemikiran yang buruk serta
bersikeras terhadapnya. Yang lebih dilarang daripada jenis
prasangka ini adalah berbuat atasnya. Karena, berbagai
pemikiran dan dugaan yang ada dalam pikiran namun tanpa
ada perbuatan nyata dari individu, tidak dapat dianggap
berada di bawah wewenang hukum fiqih. Pemikiran-
pemikiran ini muncul di luar kemauan, menghindarinya juga
di luar kemauan; tetapi adalah kehendak individu untuk
mewujudkan atau tidak mewujudkannya dalam tindakan-
tindakan.
Berbagai kesengsaraan orang-orang pesimis -berasal dari
kekacauan yang mengerikan ini. Oleh karena itu, adalah
wajib bagi orang-orang yang dapat menunjukkan dengan
tepat suatu alasan yang menyebabkan mereka menjadi
terlalu berprasangka demi mengobati dan melepaskan diri
mereka dari kemalangan-kemalangan semacam ini.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Thursday 16 January 2014
Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis
Sifat pesimis adalah suatu penyakit rohani yang berbahaya. Ia
penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat
pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang
menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang
tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak
terhapus.
Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia
cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat
pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan
yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat
pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini
meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.
Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang
cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang
pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak
sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang
negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang
tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang
yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan
kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana
dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan
banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya
mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan
terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang
tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.
Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat
optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan
rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis
mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya,
dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang
membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.
Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya
terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi
tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita
pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah.
Menurut seorang dokter medis:
Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga
terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada
menolong orang yang melompat ke laur mencoba
untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang
selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam
minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar
membantu, adalah penting bagi si penderita untuk
memelihara rasa senang dan percayanya.
Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas
mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga
ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat
dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-
orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka
untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri
mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari
kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor
utama dalam penyebab bunuh diri.
Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita
akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat
prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri
dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan
dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain
tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-
orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya,
sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat
diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan
dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut
manusia dari saling percaya serta mengarah kepada
penghancuran moral dan juga jiwa.
Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan
dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun
masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda
dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat
bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami
dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para
ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan
memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis;
mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan
mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka
bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama
bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan
pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga
menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan
kebencian.
Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang
pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif
terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari
pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil
menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.
penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat
pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang
menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang
tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak
terhapus.
Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia
cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat
pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan
yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat
pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini
meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.
Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang
cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang
pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak
sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang
negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang
tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang
yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan
kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana
dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan
banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya
mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan
terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang
tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.
Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat
optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan
rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis
mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya,
dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang
membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.
Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya
terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi
tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita
pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah.
Menurut seorang dokter medis:
Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga
terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada
menolong orang yang melompat ke laur mencoba
untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang
selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam
minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar
membantu, adalah penting bagi si penderita untuk
memelihara rasa senang dan percayanya.
Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas
mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga
ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat
dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-
orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka
untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri
mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari
kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor
utama dalam penyebab bunuh diri.
Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita
akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat
prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri
dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan
dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain
tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-
orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya,
sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat
diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan
dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut
manusia dari saling percaya serta mengarah kepada
penghancuran moral dan juga jiwa.
Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan
dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun
masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda
dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat
bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami
dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para
ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan
memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis;
mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan
mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka
bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama
bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan
pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga
menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan
kebencian.
Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang
pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif
terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari
pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil
menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Wednesday 15 January 2014
Pesimisme- Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan
Kehidupan manusia merupakan suatu campuran antara sedih
dan senang. Dua sifat ini ikut andil dalam kehidupan di dunia
ini. Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri dan
menjadi korban rasa sedih dan senang atas berbagai
problema dan malapetaka kehidupan. Sesuai dengan fakta
yang pahit ini, kehidupan manusia senantiasa berubah antara
kesedihan dan kemudahan.
Kita sebagai manusia tidak dapat merubah Sunnatullah yang
menguasai hidup kira ini agar tunduk kepada kehendak kita
sendiri. Kini, setelah kita menyadari makna yang mendalam
dari kehidupan ini, kita dapat mengarahkan pandangan kita
kepada sisi eksistensi yang indah dan membuang sesuatu
yang buruk yang menyuramkan fakta kehidupan di alam
semesta yang luas ini. Alam semesta ini, yang dipenuhi
dengan ciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang
penuh keseksamaan, semua ini mengatakan kepada kita
bahwa setiap makhluk yang ada memiliki suatu tujuan bagi
penciptaannya. Di lain pihak, boleh jadi kita tidak tahu atau
lupa terhadap titik-titik terang di alam semesta dan hanya
terfokus kepada bintik-bintik suramnya. Akhirnya ini semua
terserah kepada setiap orang untuk memilih arah
pemikirannya, ia dapat memilih warna dan pandangan hidup
yang ia kehendaki.
Adalah wajib bagi kira untuk mempersiapkan diri guna
menghadapi dan memilih yang manakah yang pantas bagi
kita untuk menghindari faktor-faktor yang merugikan,
sehingga kita tidak kehilangan kemampuan untuk bermawas
diri. Sebaliknya, bisa-bisa kita menghadapi kemalangan yang
tak dapat dihindari, atau bahkan menjadi korban topan
kesengsaraan.
Banyak di antara kita yang membayangkan bahwa jika
rangkaian peristiwa dalam kehidupan kita berbeda, kita akan
menjadi orang yang bahagia. Sebenarnya problem orang-
orang ini tidaklah berhubungan dengan berbagai peristiwa
dalam hidup mereka tetapi berhubungan dengan cara-cara.
mereka bergelut di dalamnya. Adalah mungkin bagi kita
untuk merubah pengaruh peristiwa-peristiwa semacam ini,
atau bahkan merubah beberapa akibatnya menjadi hal-hal
yang bermanfaat.
Seorang pemikir terkenal menulis:
Pemikiran kita selalu berjalan di daerah kebencian
dan ketidakpuasan, sehingga kita selalu mengeluh
dan menangis. Alasan di balik tangisan ini berada
dalam kesadaran, Kita dibangun dengan cara
semacam ini, yakni, keberadaan kita tumbuh dengan
jalan yang tidak sesuai dengan jiwa dan rohani kita.
Setiap hari kita berkeinginan dan berharap kepada
sesuatu yang baru, atau mungkin kita benar-benar
tidak mengetahui apa yang kita inginkan. Kita
percaya bahwa orang bin telah memperoleh
kebahagiaan, sehingga kita iri terhadap mereka
karena kita hidup menderita. Kita adalah seperti
anak-anak yang berbuat tidak senonoh yang mem
buat-buat alasan-alasan haru dali mulai menangis.
Jiwa kita menderita terhadap tangisan mereka dan
kita tidak bisa tenang hingga kita membuat mereka
memahami fakta-fakta dan membuang apa yang
mereka bayangkan secara keliru sena meninggalkan
berbagai keinginan mereka yang sukar dikendalikan.
Anak-anak ini, sebagai akibat dari keinginan mereka yang
banyak, menjadi buta terhadap segala sesuatu kecuali
kesengsaraan. Adalah kewajiban kita untuk membuka mata
mereka terhadap sisi kehidupan yang baik. Kita harus
membuat mereka memahami bahwa tidak ada seorang pun
kecuali orang-orang yang membuka mata mereka terhadap
taman kehidupan, akan dapat menanam bunga-bunga dan
mawar-mawarnya, sementara orang-orang yang buta tidak
akan memperoleh apa pun kecuali duri-duri. Jika kita
sanggup melewati perbatasan depresi dan pesimisme serta
melihat kenyataan yang ada, maka akan kita dapati bahwa
bahkan di saat-saat sekarang ini, yakni ketika kita telah jatuh
ke dalam lubang yang menakutkan, masih ada mawar-mawar
dan bunga-bunga di taman kehidupan yang memanggil mata
para pembidiknya di setiap saat.
Pemikiran mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap
kebahagiaan manusia, Sebenarnya, satu-satunya faktor yang
paling efektif untuk kebahagiaan manusia adalah
kemampuannya dalam berpikir dan bercalar. Suatu kejadian
yang belum pernah terjadi sebelumnya tidaklah dapat
ditanggung dan akan merusak pandangan mata orang-orang
yang pesimis. Tetapi, dari sudut pandang orang yang optimis,
yang melihat segalanya dengan cara yang positif, kejadian
semacam ini tidak membuat mereka takluk dan tidak
menyebabkannya kehilangan daya tahan dalam segala
keadaan. Orang yang optimis tidak pernah meninggalkan
kerendahan hati, kendali diri dan kesabaran.
Orang-orang yang selalu berpikir bahwa poros kejahatan
mengelilingi mereka, hanya akan membuat kehidupan
mereka menderita, suram dan tidak menyenangkan, akan
kehilangan banyak kekuatan dan kemampuan diri sebagai
akibat kepekaan perasaan mereka yang berlebih-lebihan, dan
akan melarikan diri dari rahmat dan hal-hal yang baik di
dunia ke dalam kejahilan yang fatal.
Menurut seorang ulama:
Dunia bereaksi terhadap manusia seperti manusia
berurusan dengan dunia. Maka, jika anda tertawa
pada dunia, ia akan tertawa dengan anda. Jika anda
melihat dunia secara suram, ia akan tampak suram.
Jika anda bersemedi dari dunia, ia akan menganggap
anda di antara para petapa, dan jika anda bermurah
hati dan benar, anda akan dapati orang-orang di
sekeliling anda mencintai anda dan membuka harta
karun cinta dan rasa hormat dari hati mereka untuk
anda.
Meskipun penderitaan itu tampaknya pahit, ia
menghasilkan buah yang istimewa bagi pikiran dan
jiwa. Kemampuan rohani manusia menjadi lebih jelas
terwujud dalam gelapnya kesedihan. Akal dan ruh
manusia berkembang dalam gulungan pengorbanan
yang terus menerus dan dalam perjuangan yang tak
kenal takluk ... ke puncak kesempurnaan manusia.
dan senang. Dua sifat ini ikut andil dalam kehidupan di dunia
ini. Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri dan
menjadi korban rasa sedih dan senang atas berbagai
problema dan malapetaka kehidupan. Sesuai dengan fakta
yang pahit ini, kehidupan manusia senantiasa berubah antara
kesedihan dan kemudahan.
Kita sebagai manusia tidak dapat merubah Sunnatullah yang
menguasai hidup kira ini agar tunduk kepada kehendak kita
sendiri. Kini, setelah kita menyadari makna yang mendalam
dari kehidupan ini, kita dapat mengarahkan pandangan kita
kepada sisi eksistensi yang indah dan membuang sesuatu
yang buruk yang menyuramkan fakta kehidupan di alam
semesta yang luas ini. Alam semesta ini, yang dipenuhi
dengan ciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang
penuh keseksamaan, semua ini mengatakan kepada kita
bahwa setiap makhluk yang ada memiliki suatu tujuan bagi
penciptaannya. Di lain pihak, boleh jadi kita tidak tahu atau
lupa terhadap titik-titik terang di alam semesta dan hanya
terfokus kepada bintik-bintik suramnya. Akhirnya ini semua
terserah kepada setiap orang untuk memilih arah
pemikirannya, ia dapat memilih warna dan pandangan hidup
yang ia kehendaki.
Adalah wajib bagi kira untuk mempersiapkan diri guna
menghadapi dan memilih yang manakah yang pantas bagi
kita untuk menghindari faktor-faktor yang merugikan,
sehingga kita tidak kehilangan kemampuan untuk bermawas
diri. Sebaliknya, bisa-bisa kita menghadapi kemalangan yang
tak dapat dihindari, atau bahkan menjadi korban topan
kesengsaraan.
Banyak di antara kita yang membayangkan bahwa jika
rangkaian peristiwa dalam kehidupan kita berbeda, kita akan
menjadi orang yang bahagia. Sebenarnya problem orang-
orang ini tidaklah berhubungan dengan berbagai peristiwa
dalam hidup mereka tetapi berhubungan dengan cara-cara.
mereka bergelut di dalamnya. Adalah mungkin bagi kita
untuk merubah pengaruh peristiwa-peristiwa semacam ini,
atau bahkan merubah beberapa akibatnya menjadi hal-hal
yang bermanfaat.
Seorang pemikir terkenal menulis:
Pemikiran kita selalu berjalan di daerah kebencian
dan ketidakpuasan, sehingga kita selalu mengeluh
dan menangis. Alasan di balik tangisan ini berada
dalam kesadaran, Kita dibangun dengan cara
semacam ini, yakni, keberadaan kita tumbuh dengan
jalan yang tidak sesuai dengan jiwa dan rohani kita.
Setiap hari kita berkeinginan dan berharap kepada
sesuatu yang baru, atau mungkin kita benar-benar
tidak mengetahui apa yang kita inginkan. Kita
percaya bahwa orang bin telah memperoleh
kebahagiaan, sehingga kita iri terhadap mereka
karena kita hidup menderita. Kita adalah seperti
anak-anak yang berbuat tidak senonoh yang mem
buat-buat alasan-alasan haru dali mulai menangis.
Jiwa kita menderita terhadap tangisan mereka dan
kita tidak bisa tenang hingga kita membuat mereka
memahami fakta-fakta dan membuang apa yang
mereka bayangkan secara keliru sena meninggalkan
berbagai keinginan mereka yang sukar dikendalikan.
Anak-anak ini, sebagai akibat dari keinginan mereka yang
banyak, menjadi buta terhadap segala sesuatu kecuali
kesengsaraan. Adalah kewajiban kita untuk membuka mata
mereka terhadap sisi kehidupan yang baik. Kita harus
membuat mereka memahami bahwa tidak ada seorang pun
kecuali orang-orang yang membuka mata mereka terhadap
taman kehidupan, akan dapat menanam bunga-bunga dan
mawar-mawarnya, sementara orang-orang yang buta tidak
akan memperoleh apa pun kecuali duri-duri. Jika kita
sanggup melewati perbatasan depresi dan pesimisme serta
melihat kenyataan yang ada, maka akan kita dapati bahwa
bahkan di saat-saat sekarang ini, yakni ketika kita telah jatuh
ke dalam lubang yang menakutkan, masih ada mawar-mawar
dan bunga-bunga di taman kehidupan yang memanggil mata
para pembidiknya di setiap saat.
Pemikiran mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap
kebahagiaan manusia, Sebenarnya, satu-satunya faktor yang
paling efektif untuk kebahagiaan manusia adalah
kemampuannya dalam berpikir dan bercalar. Suatu kejadian
yang belum pernah terjadi sebelumnya tidaklah dapat
ditanggung dan akan merusak pandangan mata orang-orang
yang pesimis. Tetapi, dari sudut pandang orang yang optimis,
yang melihat segalanya dengan cara yang positif, kejadian
semacam ini tidak membuat mereka takluk dan tidak
menyebabkannya kehilangan daya tahan dalam segala
keadaan. Orang yang optimis tidak pernah meninggalkan
kerendahan hati, kendali diri dan kesabaran.
Orang-orang yang selalu berpikir bahwa poros kejahatan
mengelilingi mereka, hanya akan membuat kehidupan
mereka menderita, suram dan tidak menyenangkan, akan
kehilangan banyak kekuatan dan kemampuan diri sebagai
akibat kepekaan perasaan mereka yang berlebih-lebihan, dan
akan melarikan diri dari rahmat dan hal-hal yang baik di
dunia ke dalam kejahilan yang fatal.
Menurut seorang ulama:
Dunia bereaksi terhadap manusia seperti manusia
berurusan dengan dunia. Maka, jika anda tertawa
pada dunia, ia akan tertawa dengan anda. Jika anda
melihat dunia secara suram, ia akan tampak suram.
Jika anda bersemedi dari dunia, ia akan menganggap
anda di antara para petapa, dan jika anda bermurah
hati dan benar, anda akan dapati orang-orang di
sekeliling anda mencintai anda dan membuka harta
karun cinta dan rasa hormat dari hati mereka untuk
anda.
Meskipun penderitaan itu tampaknya pahit, ia
menghasilkan buah yang istimewa bagi pikiran dan
jiwa. Kemampuan rohani manusia menjadi lebih jelas
terwujud dalam gelapnya kesedihan. Akal dan ruh
manusia berkembang dalam gulungan pengorbanan
yang terus menerus dan dalam perjuangan yang tak
kenal takluk ... ke puncak kesempurnaan manusia.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Tuesday 14 January 2014
Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri
Islam telah menanam akar kepada orang-orang yang beriman
dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan
cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya
kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan,
bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang
munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.
lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling
percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat
orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan
bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada
seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya
bukti-bukti yang jelas.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu,
kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu
memutuskan sebaliknya; dan janganlah
mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila
masih ada kemungkinan yang baik padanya.
(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)
Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan
meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan
membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para
Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya
sifat percaya melalui berbagai cara.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan
memperoleh cinta dari mereka.
(Ghurar AI-Hikam)
Dr. Mardin dikutip mengatakan:
Bila anda membina suatu persahabatan dengan
seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang
positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda
untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah
anda dapatkan darinya. Jika anda mampu
memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda
akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan
menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-
sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda,
seraya mencoba untuk memikat persahabatan
bersama anda.
(Piruzi Fikr)
Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan
mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang
tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan
landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.
Imam Ali a.s, berkata:
Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam
dosa.
Dr. Dale Carnegie menyatakan:
Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer
suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant.
Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable
Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran
ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya
tidak pernah memberi bon penagihan kepada para
pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan
apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah
selesai makan mereka sendiri yang menghitung
biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada
persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu:
'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda
tidak dapat begitu saja percaya kepada semua
pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak,
kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami
tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami
tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang
selama separuh abad terakhir". Para pelanggan
restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan
transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat
dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan
pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri
dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama
diharapkan dari mereka.
Mr. Louis, seorang psikolog berkata:
Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak
Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba
membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan,
cobalah membuatnya merasa bahwa anda
memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah
dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda
akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga
kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil,
untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai
kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa
yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang
anda berikan.
(How To Win Friends)
Dr. Gilbert Roben menulis:
Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah,
berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka
tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata
lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah
perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk
memberikan tugas-tugas penting kepada orang-
orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap
tugas baru yang anda berikan kepada mereka
buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki
tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah
memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal
ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai
rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang
baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari
sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara
berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan
reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan
individu.
Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada
anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan
memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan
menjamin kesenangan kepada seseorang.
Imam Ali a.s. berkata:
Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan
keamanan dalam iman.
(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)
Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang
diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam
kehidupan.
Imam Ali a.s. menyatakan:
Kepercayaan mengurangi depresi.
Dr. Mardin berkata:
Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-
indah dalam pandangan kita yang mengurangi
penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan
bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan
kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap
pemikiran-pemikiran yang menyakitkan,
sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-
penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya.
Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang
optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya
anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai
pemikiran yang ada.
(Piruzi Fikr)
Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu
sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang
bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai
hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir
secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan
cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga
mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari
hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip
dari beliau:
Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti)
telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena
itu janganlah mengecewakannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)
Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia,
berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain.
Beliau berkata:
Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi
akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling
benar terhadap kebenarannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)
Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain
negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis.
Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum
Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam
Ali a.s. berkata:
Orang yang menolak prasangka buruk terhadap
saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang
damai.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)
Samuel Smiles berkata:
Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki
perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan
bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya.
Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya
dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang
bijak melihat sinar matahari akan segera menembus
setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik
setiap kemalangan dan penderitaan terdapat
kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini
akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa
problema baru dan menemukan harapan dalam
setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini
akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya,
dan para penyokongnya adalah keberuntungan.
Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan
mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang
ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat
segalanya dengan mata pemahaman dan dengan
warna yang mereka kehendaki.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik
sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:
Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang
lain adalah tidak mencurigainya.
(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)
Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada
manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila
semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada
Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap
orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di
antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit
curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang
hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah,
akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila
dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari
perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan
secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.
dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan
cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya
kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan,
bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang
munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.
lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling
percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat
orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan
bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada
seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya
bukti-bukti yang jelas.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu,
kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu
memutuskan sebaliknya; dan janganlah
mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila
masih ada kemungkinan yang baik padanya.
(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)
Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan
meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan
membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para
Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya
sifat percaya melalui berbagai cara.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan
memperoleh cinta dari mereka.
(Ghurar AI-Hikam)
Dr. Mardin dikutip mengatakan:
Bila anda membina suatu persahabatan dengan
seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang
positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda
untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah
anda dapatkan darinya. Jika anda mampu
memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda
akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan
menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-
sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda,
seraya mencoba untuk memikat persahabatan
bersama anda.
(Piruzi Fikr)
Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan
mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang
tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan
landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.
Imam Ali a.s, berkata:
Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam
dosa.
Dr. Dale Carnegie menyatakan:
Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer
suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant.
Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable
Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran
ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya
tidak pernah memberi bon penagihan kepada para
pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan
apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah
selesai makan mereka sendiri yang menghitung
biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada
persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu:
'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda
tidak dapat begitu saja percaya kepada semua
pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak,
kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami
tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami
tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang
selama separuh abad terakhir". Para pelanggan
restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan
transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat
dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan
pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri
dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama
diharapkan dari mereka.
Mr. Louis, seorang psikolog berkata:
Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak
Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba
membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan,
cobalah membuatnya merasa bahwa anda
memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah
dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda
akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga
kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil,
untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai
kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa
yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang
anda berikan.
(How To Win Friends)
Dr. Gilbert Roben menulis:
Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah,
berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka
tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata
lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah
perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk
memberikan tugas-tugas penting kepada orang-
orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap
tugas baru yang anda berikan kepada mereka
buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki
tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah
memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal
ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai
rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang
baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari
sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara
berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan
reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan
individu.
Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada
anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan
memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan
menjamin kesenangan kepada seseorang.
Imam Ali a.s. berkata:
Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan
keamanan dalam iman.
(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)
Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang
diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam
kehidupan.
Imam Ali a.s. menyatakan:
Kepercayaan mengurangi depresi.
Dr. Mardin berkata:
Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-
indah dalam pandangan kita yang mengurangi
penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan
bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan
kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap
pemikiran-pemikiran yang menyakitkan,
sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-
penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya.
Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang
optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya
anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai
pemikiran yang ada.
(Piruzi Fikr)
Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu
sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang
bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai
hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir
secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan
cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga
mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari
hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip
dari beliau:
Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti)
telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena
itu janganlah mengecewakannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)
Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia,
berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain.
Beliau berkata:
Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi
akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling
benar terhadap kebenarannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)
Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain
negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis.
Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum
Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam
Ali a.s. berkata:
Orang yang menolak prasangka buruk terhadap
saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang
damai.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)
Samuel Smiles berkata:
Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki
perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan
bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya.
Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya
dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang
bijak melihat sinar matahari akan segera menembus
setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik
setiap kemalangan dan penderitaan terdapat
kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini
akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa
problema baru dan menemukan harapan dalam
setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini
akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya,
dan para penyokongnya adalah keberuntungan.
Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan
mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang
ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat
segalanya dengan mata pemahaman dan dengan
warna yang mereka kehendaki.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik
sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:
Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang
lain adalah tidak mencurigainya.
(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)
Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada
manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila
semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada
Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap
orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di
antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit
curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang
hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah,
akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila
dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari
perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan
secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Monday 13 January 2014
Pengaruh-pengaruh Sifat Optimis
Demikian pula, dalam sistem tubuh yang rusak karena
berbagai macam penyakit, keharmonisan pemikiran yang
dimiliki seseorang juga akan rusak karena berbagai faktor
yang berbeda-beda dan sifat-sifat yang buruk. Meskipun ada
kekuatan berpikir, namun ia tidak dapat berdiri sendiri dan
tidak bebas dari sikap perilaku seseorang. Oleh karena itu,
manusia hanya dapat merasa bahagia bila ia melaksanakan
cara-cara yang baik yang sesuai dengan pemikiran, sikap dan
antusiasnya. Adalah tanggung jawab manusia untuk
mencabut akar dari sifat-sifat yang menggelapi kesenangan
dan kebahagiaannya.
Dua unsur yang membantu menciptakan pemikiran yang
harmonis adalah optimisme dan pandangan positif terhadap
kehidupan dan lain-lainnya. Optimisme dan harapan-harapan
yang positif tentang hal-hal di sekeliling Anda, merupakan
jaminan kesenangan atas mereka yang hidup dalam
lingkungan kemanusiaan.
Lawan dari optimisme adalah pesimisme dan pikiran yang
buruk tentang sesuatu: sifat ini menjaga kemampuan berpikir
secara benar dan mengurangi kemampuan untuk bergerak ke
arah kesempurnaan. Sifat optimis dapat digambarkan
sebagai cahaya dalam kegelapan dan memperluas wawasan
berpikir. Dengan optimisme, cinta akan kebaikan tumbuh di
dalam diri manusia, dan menumbuhkan perkembangan baru
dalam pandangan nya tentang kehidupan. Ia memberi
kemampuan kepada manusia untuk melihat warna
kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki
kemampuan untuk mengamati semua orang dengan suatu
sinar dan kekuatan baru guna memutuskan secara sama dan
adil satu sama lain. Derita orang yang optimis akan sirna dan
harapannya bertambah, jika memelihara bubungan lahiriah
dan batiniah dengan berbagai macam unsur masyarakat
melalui perilaku yang paling baik.
Tidak ada satu penyebab pun yang mampu mengurangi
jumlah problema dalam kehidupan manusia seperti yang
diperankan optimisme. Ciri-ciri kebahagiaan itu lebih rampak
pada wajah-wajah orang yang optimis, tidak saja dalam hal
kepuasan tetapi juga seluruh kehidupan, baik dalam situasi
yang positif maupun negatif. Di setiap saat sinar kebahagiaan
menerangi jiwa orang yang optimis.
Kebutuhan untuk memperoleh kepercayaan orang lain itu
penting. Agar kepercayaan itu ada di antara individu, maka
sikap optimis itu haruslah menjadi bagian dari kehidupan
mereka. Ini merupakan fakta yang memiliki pengaruh
langsung atas kebahagiaan individu dan masyarakat.
Kepercayaan di antara para anggota masyarakat merupakan
sebab yang penting dalam memajukan masyarakat tersebut.
Lawan dari sifat ini adalah curiga; kecurigaan selalu dapat
menjadi unsur yang merusak di masa mendatang.
Komunikasi yang lebih dalam antara berbagai macam unsur
dalam masyarakat akan membawa perkembangan dan
kemajuan lebih cepat. Di antara akibat dari sikap optimis
adalah keharmonisan, kerja sama atau gotong royong dan
kepercayaan. Selain itu, kedamaian dalam kehidupan sosial
hanya dapat dinikmati jika hubungan antara para anggota
nya dibangun atas dasar kasih sayang, serta kepercayaan dan
prasangka-prasangka yang baik terhadap sesama nya.
Seorang sarjana yang bergelut dalam bidang ini berkata:
Prasangka baik itu merupakan suatu ciri dari
kepercayaan, dan tiada yang bisa diraih tanpa
kepercayaan dan harapan.
Bila kepercayaan seseorang bertambah kepada orang lain,
maka kepercayaan kepada dirinya pun bertambah, ini adalah
salah satu di antara kejadian yang pasti terjadi dalam
masyarakat. Hingga di sini jangan sampai kita tidak
mengetahui, bahwa ada suatu perbedaan besar antara sifat
optimis dan percaya kepada. orang lain, serta lekas percaya
yang tiada alasan. Kepercayaan bukanlah berarti bahwa
seorang muslim harus sepenuhnya tunduk kepada orang
yang tidak ia kenal, atau mendengarkan apa yang mereka
katakan tanpa menyelidiki yang sebenarnya dan mengujinya.
Sebaliknya, kita tidak dapat menyamaratakan konsep
kepercayaan dengan memasukkan orang-orang yang secara
jelas kejahatan dan kezaliman mereka. Dengan kata lain,
kepercayaan memiliki kekecualian dan harus memisahkan
beberapa anggota masyarakat di bawah kondisi-kondisi
tertentu. Sebenarnya, orang yang penuh kepercayaan akan
mempraktekkan penelitian yang cermat, dan menelaah
berbagai kesimpulan yang diharapkan dalam setiap masalah.
Oleh karana itu, tingkah laku nya dibangun di atas jalan
pencegahan dan kehati-hatian, dan berbagai tindakannya
bergantung kepada pengujian yang hati-hati dan pemikiran
yang mendalam.
berbagai macam penyakit, keharmonisan pemikiran yang
dimiliki seseorang juga akan rusak karena berbagai faktor
yang berbeda-beda dan sifat-sifat yang buruk. Meskipun ada
kekuatan berpikir, namun ia tidak dapat berdiri sendiri dan
tidak bebas dari sikap perilaku seseorang. Oleh karena itu,
manusia hanya dapat merasa bahagia bila ia melaksanakan
cara-cara yang baik yang sesuai dengan pemikiran, sikap dan
antusiasnya. Adalah tanggung jawab manusia untuk
mencabut akar dari sifat-sifat yang menggelapi kesenangan
dan kebahagiaannya.
Dua unsur yang membantu menciptakan pemikiran yang
harmonis adalah optimisme dan pandangan positif terhadap
kehidupan dan lain-lainnya. Optimisme dan harapan-harapan
yang positif tentang hal-hal di sekeliling Anda, merupakan
jaminan kesenangan atas mereka yang hidup dalam
lingkungan kemanusiaan.
Lawan dari optimisme adalah pesimisme dan pikiran yang
buruk tentang sesuatu: sifat ini menjaga kemampuan berpikir
secara benar dan mengurangi kemampuan untuk bergerak ke
arah kesempurnaan. Sifat optimis dapat digambarkan
sebagai cahaya dalam kegelapan dan memperluas wawasan
berpikir. Dengan optimisme, cinta akan kebaikan tumbuh di
dalam diri manusia, dan menumbuhkan perkembangan baru
dalam pandangan nya tentang kehidupan. Ia memberi
kemampuan kepada manusia untuk melihat warna
kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki
kemampuan untuk mengamati semua orang dengan suatu
sinar dan kekuatan baru guna memutuskan secara sama dan
adil satu sama lain. Derita orang yang optimis akan sirna dan
harapannya bertambah, jika memelihara bubungan lahiriah
dan batiniah dengan berbagai macam unsur masyarakat
melalui perilaku yang paling baik.
Tidak ada satu penyebab pun yang mampu mengurangi
jumlah problema dalam kehidupan manusia seperti yang
diperankan optimisme. Ciri-ciri kebahagiaan itu lebih rampak
pada wajah-wajah orang yang optimis, tidak saja dalam hal
kepuasan tetapi juga seluruh kehidupan, baik dalam situasi
yang positif maupun negatif. Di setiap saat sinar kebahagiaan
menerangi jiwa orang yang optimis.
Kebutuhan untuk memperoleh kepercayaan orang lain itu
penting. Agar kepercayaan itu ada di antara individu, maka
sikap optimis itu haruslah menjadi bagian dari kehidupan
mereka. Ini merupakan fakta yang memiliki pengaruh
langsung atas kebahagiaan individu dan masyarakat.
Kepercayaan di antara para anggota masyarakat merupakan
sebab yang penting dalam memajukan masyarakat tersebut.
Lawan dari sifat ini adalah curiga; kecurigaan selalu dapat
menjadi unsur yang merusak di masa mendatang.
Komunikasi yang lebih dalam antara berbagai macam unsur
dalam masyarakat akan membawa perkembangan dan
kemajuan lebih cepat. Di antara akibat dari sikap optimis
adalah keharmonisan, kerja sama atau gotong royong dan
kepercayaan. Selain itu, kedamaian dalam kehidupan sosial
hanya dapat dinikmati jika hubungan antara para anggota
nya dibangun atas dasar kasih sayang, serta kepercayaan dan
prasangka-prasangka yang baik terhadap sesama nya.
Seorang sarjana yang bergelut dalam bidang ini berkata:
Prasangka baik itu merupakan suatu ciri dari
kepercayaan, dan tiada yang bisa diraih tanpa
kepercayaan dan harapan.
Bila kepercayaan seseorang bertambah kepada orang lain,
maka kepercayaan kepada dirinya pun bertambah, ini adalah
salah satu di antara kejadian yang pasti terjadi dalam
masyarakat. Hingga di sini jangan sampai kita tidak
mengetahui, bahwa ada suatu perbedaan besar antara sifat
optimis dan percaya kepada. orang lain, serta lekas percaya
yang tiada alasan. Kepercayaan bukanlah berarti bahwa
seorang muslim harus sepenuhnya tunduk kepada orang
yang tidak ia kenal, atau mendengarkan apa yang mereka
katakan tanpa menyelidiki yang sebenarnya dan mengujinya.
Sebaliknya, kita tidak dapat menyamaratakan konsep
kepercayaan dengan memasukkan orang-orang yang secara
jelas kejahatan dan kezaliman mereka. Dengan kata lain,
kepercayaan memiliki kekecualian dan harus memisahkan
beberapa anggota masyarakat di bawah kondisi-kondisi
tertentu. Sebenarnya, orang yang penuh kepercayaan akan
mempraktekkan penelitian yang cermat, dan menelaah
berbagai kesimpulan yang diharapkan dalam setiap masalah.
Oleh karana itu, tingkah laku nya dibangun di atas jalan
pencegahan dan kehati-hatian, dan berbagai tindakannya
bergantung kepada pengujian yang hati-hati dan pemikiran
yang mendalam.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Sunday 12 January 2014
Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran
Dalam kehidupan nya yang tidak stabil, manusia lebih
membutuhkan kestabilan ketimbang hal-hal lainnya. Orang-
orang yang mengikutsertakan diri mereka dalam perjuangan
demi mencapai berbagai tujuan, bila tidak diperlengkapi
dengan senjata kestabilan akan menemui kegagalan dan
kekalahan. Sebenarnya, jika tanggung jawab seseorang
bertambah, kebutuhan nya terhadap kestabilan dan
ketenangan pun bertambah pula. Atas dasar kenyataan ini,
menjadi tugas setiap insan untuk mempelajari bagaimana
menghindari kegelisahan dan kembali kepada kestabilan dan
ketenangan.
Perjuangan untuk memperoleh harta, kekuasaan, popularitas
dan berbagai pendapatan materi lainnya, tidak lain
merupakan kebohongan atau dusta belaka. Usaha-usaha
yang dibuat untuk ini akan mengarah kepada sesuatu yang
sia-sia, karena, kebahagiaan manusia terletak di dalam
jiwanya, seperti juga mata air kesengsaraan di lubuk hati
yang terdalam. Menurut Amirul Mukminin a.s., obat untuk ini
ada di dalam jiwa manusia itu sendiri, kita tidak dapat
menemukan dampak yang sama dari pengaruh luar; ia
terletak di dalam sumber-sumber kekuatan jiwa manusia.
Karena pengaruh-pengaruh dari luar itu bersifat sementara,
jadi tidaklah mungkin akan menuntun manusia kepada
kepuasan sepenuhnya.
Apictatus berkata:
Biarlah orang mengetahui bahwa mereka tidak dapat
menemukan kebahagiaan dan keberuntungan di
tempat-tempat yang secara sembarang mereka cari
sendiri-sendiri. Kebahagiaan yang sesungguhnya
tidak terletak dalam kekuasaan dan kemampuan
seseorang.
Baik Mirad maupun Aglius adalah orang-orang yang
sengsara, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang
besar. Demikian pula, kebahagiaan tidak terletak
pada harta dan jumlah uang yang banyak. Croesus
misalnya, tidak bahagia sekalipun ia memiliki harta
dan kekayaan tak terhingga. Kebahagiaan juga tidak
dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau
dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi
tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki
kekuasaan yang besar.
Sebenarnya, kebahagiaan tidak dapat dicapai melalui
hal-hal tersebut di atas. Nero, Sandnapal dan
Aghamnin, dikenal dengan tangisan mereka yang
terus menerus, karena mereka adalah seperti mainan
di tangan kemalangan. Mereka juga memiliki segala
harta, kekuasaan dan popularitas. Oleh karena itu,
manusia harus mencari kebahagiaan yang
sesungguhnya di dalam jiwa dan kesadaran mereka
sendiri.
Kita harus mengakui, bahwa pemecahan untuk berbagai
persoalan yang tak terpecahkan di alam ini. dan kemajuan
yang pesat dalam dunia industri, tidaklah cukup untuk
membawa kepada suatu kehidupan yang bebas dari rasa
khawatir. Mesin baru ini bukan hanya tidak mampu
mengurangi jumlah penderitaan di dunia ini, terapi juga telah
menimbulkan berbagai problema baru dan berbagai
ketidakpastian.
Oleh karana itu, untuk membebaskan diri kita dari derita
hidup yang terus menerus, dan dari kemungkinan awan
hitam yang menggelapi jiwa kita, diperlukan pikiran yang
terbimbing dan benar. Pikiran dapat mengamankan
kebahagiaan manusia, ia juga sanggup membawa berbagai
kemajuan dalam kehidupan material kita. Di sini lah kekuatan
berpikir secara jelas terwujud, dan menunjukkan
pengaruhnya yang mengagumkan atas kehidupan manusia.
Pikiran yang jernih merupakan mata air yang mengalir deras,
yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia
ketimbang pendapatan materi, ia juga dapat
memperkenalkan manusia kepada dunia baru yang luas.
Pemikiran yang benar mencegah para cendekiawan agar
tidak menjadi mainan di bawah penguasaan uang. Orang-
orang yang kemampuan berpikirnya tumbuh menjadi pusat
eksistensi, dengan tabah dapat berdiri tegak ketika
penderitaan menimpanya dan mereka mengambil cara
pandang yang positif.
Untuk mengamankan diri kita agar tidak menjadi korban
berbagai macam peristiwa, dan untuk melindungi diri kita
dari gelombang kelalaian dan pemikiran yang berlebih-
lebihan, maka kita harus membangun suam pola berpikir bagi
diri kita, sehingga dengan cara itu kita dapat memutuskan
arah menentukan sikap dan tingkah laku kita. Oleh
karenanya, kita dapat membimbing jiwa kita kepada
pemikiran yang benar yang dapat melengkapi kita dengan
kekuatan rohani untuk mengalahkan kegelisahan.
Seorang sarjana Barat berkata:
Mungkin kita tidak sanggup memilih orang-orang
yang sikap dan cara berpikirnya mirip seperti kita,
tetapi kita bebas untuk memilih cara berpikir kita.
Kita adalah hakim atas pikiran kita. Kita dapat
memilih pertimbangan manakah yang tepat. Sebab-
sebab dan pengaruh yang datang dari luar yang kita
perhatikan bukanlah bagian dari kita, bahwa itu
semua dapat mengontrol dan memaksa kita untuk
berpikir dengan suatu cara tertentu. Oleh karena itu,
kita harus memilih cara berpikir yang benar dan
menyingkirkan cara berpikir yang merugikan. Jiwa
kita diarahkan kepada jalan pemikiran kita. Dengan
kata lain, berbagai pemikiran kita mengarahkan kita
dengan suatu cara yang ia kehendaki; oleh karena
itu, jangan sampai kira membiarkan diri kita
mengambil segala pemikiran yang buruk. Pemikiran
semacam ini dapat menangkap kita, dan menjadikan
kita sebagai korban berbagai macam kesengsaraan
yang berbeda-beda. Kita harus berjuang secara terus
menerus guna meraih kesempurnaan, dan mencapai
berbagai cita-cita yang paling mulia dan berbagai
tujuan yang paling agung, karena rahasia
keberhasilan dan kebahagiaan hanya terletak dalam
pemikiran yang benar.
membutuhkan kestabilan ketimbang hal-hal lainnya. Orang-
orang yang mengikutsertakan diri mereka dalam perjuangan
demi mencapai berbagai tujuan, bila tidak diperlengkapi
dengan senjata kestabilan akan menemui kegagalan dan
kekalahan. Sebenarnya, jika tanggung jawab seseorang
bertambah, kebutuhan nya terhadap kestabilan dan
ketenangan pun bertambah pula. Atas dasar kenyataan ini,
menjadi tugas setiap insan untuk mempelajari bagaimana
menghindari kegelisahan dan kembali kepada kestabilan dan
ketenangan.
Perjuangan untuk memperoleh harta, kekuasaan, popularitas
dan berbagai pendapatan materi lainnya, tidak lain
merupakan kebohongan atau dusta belaka. Usaha-usaha
yang dibuat untuk ini akan mengarah kepada sesuatu yang
sia-sia, karena, kebahagiaan manusia terletak di dalam
jiwanya, seperti juga mata air kesengsaraan di lubuk hati
yang terdalam. Menurut Amirul Mukminin a.s., obat untuk ini
ada di dalam jiwa manusia itu sendiri, kita tidak dapat
menemukan dampak yang sama dari pengaruh luar; ia
terletak di dalam sumber-sumber kekuatan jiwa manusia.
Karena pengaruh-pengaruh dari luar itu bersifat sementara,
jadi tidaklah mungkin akan menuntun manusia kepada
kepuasan sepenuhnya.
Apictatus berkata:
Biarlah orang mengetahui bahwa mereka tidak dapat
menemukan kebahagiaan dan keberuntungan di
tempat-tempat yang secara sembarang mereka cari
sendiri-sendiri. Kebahagiaan yang sesungguhnya
tidak terletak dalam kekuasaan dan kemampuan
seseorang.
Baik Mirad maupun Aglius adalah orang-orang yang
sengsara, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang
besar. Demikian pula, kebahagiaan tidak terletak
pada harta dan jumlah uang yang banyak. Croesus
misalnya, tidak bahagia sekalipun ia memiliki harta
dan kekayaan tak terhingga. Kebahagiaan juga tidak
dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau
dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi
tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki
kekuasaan yang besar.
Sebenarnya, kebahagiaan tidak dapat dicapai melalui
hal-hal tersebut di atas. Nero, Sandnapal dan
Aghamnin, dikenal dengan tangisan mereka yang
terus menerus, karena mereka adalah seperti mainan
di tangan kemalangan. Mereka juga memiliki segala
harta, kekuasaan dan popularitas. Oleh karena itu,
manusia harus mencari kebahagiaan yang
sesungguhnya di dalam jiwa dan kesadaran mereka
sendiri.
Kita harus mengakui, bahwa pemecahan untuk berbagai
persoalan yang tak terpecahkan di alam ini. dan kemajuan
yang pesat dalam dunia industri, tidaklah cukup untuk
membawa kepada suatu kehidupan yang bebas dari rasa
khawatir. Mesin baru ini bukan hanya tidak mampu
mengurangi jumlah penderitaan di dunia ini, terapi juga telah
menimbulkan berbagai problema baru dan berbagai
ketidakpastian.
Oleh karana itu, untuk membebaskan diri kita dari derita
hidup yang terus menerus, dan dari kemungkinan awan
hitam yang menggelapi jiwa kita, diperlukan pikiran yang
terbimbing dan benar. Pikiran dapat mengamankan
kebahagiaan manusia, ia juga sanggup membawa berbagai
kemajuan dalam kehidupan material kita. Di sini lah kekuatan
berpikir secara jelas terwujud, dan menunjukkan
pengaruhnya yang mengagumkan atas kehidupan manusia.
Pikiran yang jernih merupakan mata air yang mengalir deras,
yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia
ketimbang pendapatan materi, ia juga dapat
memperkenalkan manusia kepada dunia baru yang luas.
Pemikiran yang benar mencegah para cendekiawan agar
tidak menjadi mainan di bawah penguasaan uang. Orang-
orang yang kemampuan berpikirnya tumbuh menjadi pusat
eksistensi, dengan tabah dapat berdiri tegak ketika
penderitaan menimpanya dan mereka mengambil cara
pandang yang positif.
Untuk mengamankan diri kita agar tidak menjadi korban
berbagai macam peristiwa, dan untuk melindungi diri kita
dari gelombang kelalaian dan pemikiran yang berlebih-
lebihan, maka kita harus membangun suam pola berpikir bagi
diri kita, sehingga dengan cara itu kita dapat memutuskan
arah menentukan sikap dan tingkah laku kita. Oleh
karenanya, kita dapat membimbing jiwa kita kepada
pemikiran yang benar yang dapat melengkapi kita dengan
kekuatan rohani untuk mengalahkan kegelisahan.
Seorang sarjana Barat berkata:
Mungkin kita tidak sanggup memilih orang-orang
yang sikap dan cara berpikirnya mirip seperti kita,
tetapi kita bebas untuk memilih cara berpikir kita.
Kita adalah hakim atas pikiran kita. Kita dapat
memilih pertimbangan manakah yang tepat. Sebab-
sebab dan pengaruh yang datang dari luar yang kita
perhatikan bukanlah bagian dari kita, bahwa itu
semua dapat mengontrol dan memaksa kita untuk
berpikir dengan suatu cara tertentu. Oleh karena itu,
kita harus memilih cara berpikir yang benar dan
menyingkirkan cara berpikir yang merugikan. Jiwa
kita diarahkan kepada jalan pemikiran kita. Dengan
kata lain, berbagai pemikiran kita mengarahkan kita
dengan suatu cara yang ia kehendaki; oleh karena
itu, jangan sampai kira membiarkan diri kita
mengambil segala pemikiran yang buruk. Pemikiran
semacam ini dapat menangkap kita, dan menjadikan
kita sebagai korban berbagai macam kesengsaraan
yang berbeda-beda. Kita harus berjuang secara terus
menerus guna meraih kesempurnaan, dan mencapai
berbagai cita-cita yang paling mulia dan berbagai
tujuan yang paling agung, karena rahasia
keberhasilan dan kebahagiaan hanya terletak dalam
pemikiran yang benar.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Saturday 11 January 2014
Rasulullah: Suri Teladan yang Sempurna
Kita semua tahu, bahwa salah satu faktor terpenting dari
kemajuan lslam adalah akhlak mulia Rasulullah Saw. Ini
adalah fakta yang dinyatakan dalam AI-Quran, di mana Allah
Yang Maha Perkasa berfirman:
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mu".
Rasulullah Saw memperlakukan semua orang secara sama.
Cinta nya yang mendalam dan tak terlukis kan atas umat
manusia tercermin secara sempurna di dalam dirinya, Beliau
memenuhi segala kebutuhan kaum Muslimin secara sama.
"Dan Rasulullah Saw. membagi waktunya di antara
para sahabat nya; beliau akan hadir untuk ini dan itu
secara sama".
Beliau juga mengecam sifat buruk, berulangkali beliau
berkata:
"Sifat buruk itu kejahatan, dan yang terburuk di
antara kamu adalah yang bersifat buruk".
dan:
"Wahai putera-putera Abdul Muthalib,
sesungguhnya kalian tidak akan (sanggup) untuk
memuaskan umat dengan uang kalian, oleh karena
itu temui lah mereka dengan wajah ceria dan tingkah
laku yang menyenangkan".
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 222)
Anas bin Malik, hamba sahaya Rasulullah Saw., berkata
tatkala ia ingat akan akhlak mulia Rasulullah Saw.:
Aku telah membantu Nabi Saw selama sepuluh
tahun, selama itu beliau tidak pernah berkata 'uh'
(seolah-olah mengeluh) kepada ku sehubungan
dengan memandang apa-apa yang aku kerjakan atau
tidak aku kerjakan.
(Fadhail Al-Khamsah, jilid I, hal. 119)
Selain itu akhlak yang baik dan wajah ceria merupakan
penyebab yang memanjangkan umur. Dalam hal ini Imam
Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:
Kebaikan dan tingkah laku yang baik membuat tanah
menjadi subur dan memanjangkan umur.
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)
Berkenaan dengan ini Dr. Sanderson menulis:
Kebaikan merupakan faktor penting dalam
berperilaku dan ia mencegah keburukan penyakit.
Banyak obat yang mempunyai efek sampingan yang
tidak diinginkan bersamaan dengan penyembuhan
nya yang bersifat sementara; sedangkan kebaikan
menyebabkan kesembuhan untuk selama-lamanya
terhadap semua bagian tubuh... Kebaikan
menggerakkan segala kekuatan tubuh. Peredaran
darah pada orang-orang yang berkelakuan baik itu
bagus, dan pernafasan mereka pun lebih baik....
Ada suatu pernyataan yang indah dari Imam Ja'far a.s. Beliau
berkata, bahwa ada suatu hubungan langsung antara
kebaikan dan perilaku yang baik, keduanya berada di antara
faktor-faktor yang memperpanjang kehidupan. Alasan di
balik ini adalah, bahwa orang-orang yang baik merasakan
suatu perasaan bahagia dan puas, jadi kebaikan dan perilaku
yang baik itu memiliki efek-efek yang sama. Imam Ja'far as.
juga memandang unsur-unsur tingkah laku ini guna mencapai
kebahagiaan tatkala beliau' berkata:
Bagian dari kebahagiaan manusia adalah akhlak nya
yang baik.
(Mustadrak Wasa'il, jilid II, hal. 83)
Dalam hal ini Samuel Smiles menambahkan:
Perilaku yang baik dan emosi yang seimbang
mempunyai efek atas perkembangan dan
kebahagiaan manusia, seperti kekuatan dan naluri
lainnya. Sebenarnya kebahagiaan seseorang sebagian
besar berhubungan dengan kasih sayang dan
perilaku yang baik.
Di samping itu perilaku yang baik memudahkan kehidupan
dan meningkatkan nafkah atau penghidupan dan
keharmonisan. Imam Ali a.s. berkata:
Tingkah laku yang baik memberikan penghidupan
secara royal dan membuat para sahabat (lebih)
dekat.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 279)
S. Marden menulis dalam buku nya sebagai berikut:
Saya kenal, manajer restauran yang menjadi sangat
kaya dan populer karena tingkah laku nya yang baik.
Saya perhatikan, bahwa para pelancong dan turis
datang dari tempat yang jauh untuk mencapai
restaurannya, mereka berbuat demikian karena
mereka menyukai lingkungan nya yang leluasa dan
menyenangkan dalam restauran ini. Ketika para
pelanggan tiba di restauran, sang manajer dengan
wajah yang ceria menyambut mereka dengan cara
yang tidak ada bandingnya. Mereka tidak mengeluh
sebagaimana biasa Anda temukan di restauran-
restauran lainnya. Di restauran ini karyawan nya
mencoba menunjukkan sifat ramah dan membina
hubungan secara akrab dengan para pelanggan nya.
Para karyawan nya banyak tersenyum dan
memberikan perhatian khusus dalam melayani para
pelanggan, perhatian ini berangkat dari cinta dan
kasih terhadap para tamu nya. Para karyawan ini
membina suatu hubungan dengan para tamu nya
sedemikian rupa, sehingga para tamu tidak hanya
merasa bahwa mereka pasti kembali lagi, tetapi juga
berharap membawa teman-teman mereka. Jelas,
betapa metode ini efektif dalam menarik para
pelanggan baru.
Ia menambahkan:
Perilaku yang baik tidak begitu memainkan peranan
penting di sepanjang sejarah dibandingkan dengan
saat ini. Ia telah menjadi modal bagi orang-orang
yang hendak membawa kebahagiaan dan
keberhasilan dalam hidup mereka.
Imam Ja'far a.s. memasukkan sifat ceria di antara tanda-
tanda seseorang yang berakal. Beliau berkata:
Orang-orang yang memiliki akal yang paling
sempurna di antara manusia, adalah orang-orang
yang memiliki tingkah laku yang paling baik.
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 201)
Samuel Smiles berkata:
Sejarah menunjukkan kepada kita, bahwa orang-
orang yang paling jenius adalah orang-orang yang
bahagia dan optimis, karena mereka menyadari
makna hidup yang sesungguhnya, dan mereka
mencoba mewujudkan akal budi mereka di dalam
daging mereka. Bila seseorang berpikir tentang
berbagai prestasi mereka, secara jelas dapat
dipahami jiwa dan pemikiran mereka yang sehat
serta kebaikan dan antusiasme mereka. Orang-orang
yang berjiwa besar dan orang-orang yang paling
cerdas memiliki wajah ceria dan bahagia. Tingkah
laku mereka merupakan teladan bagi orang-orang
yang setia kepada mereka, dan terpengaruh oleh
tingkah laku mereka, karenanya mengikuti sinar
kebaikan mereka dan kebahagiaan yang alami.
Yang mulia Rasulullah Saw. bersabda:
"Sifat yang paling penting yang akan membawa
umat ke surga, adalah takut kepada Allah dan Akhlak
yang mulia."
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)
Maka dari itu, adalah suatu kewajiban atas siapa pun yang
mempunyai akal, dan yang berkeinginan untuk membina
hidup mulia untuk mencapai modal spiritual yang tak ternilai
ini, yaitu akhlak yang baik. Untuk menghapus sifat yang tidak
diinginkan, manusia membutuhkan dorongan yang sungguh-
sungguh untuk mencapai tujuan ini. Pandangan sekilas
terhadap orang-orang yang merugi -yakni yang memiliki
perilaku buruk- akan memberikan dorongan kepada nya
untuk berjuang keras menghapus perilaku-perilaku buruk
semacam itu.
kemajuan lslam adalah akhlak mulia Rasulullah Saw. Ini
adalah fakta yang dinyatakan dalam AI-Quran, di mana Allah
Yang Maha Perkasa berfirman:
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mu".
Rasulullah Saw memperlakukan semua orang secara sama.
Cinta nya yang mendalam dan tak terlukis kan atas umat
manusia tercermin secara sempurna di dalam dirinya, Beliau
memenuhi segala kebutuhan kaum Muslimin secara sama.
"Dan Rasulullah Saw. membagi waktunya di antara
para sahabat nya; beliau akan hadir untuk ini dan itu
secara sama".
Beliau juga mengecam sifat buruk, berulangkali beliau
berkata:
"Sifat buruk itu kejahatan, dan yang terburuk di
antara kamu adalah yang bersifat buruk".
dan:
"Wahai putera-putera Abdul Muthalib,
sesungguhnya kalian tidak akan (sanggup) untuk
memuaskan umat dengan uang kalian, oleh karena
itu temui lah mereka dengan wajah ceria dan tingkah
laku yang menyenangkan".
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 222)
Anas bin Malik, hamba sahaya Rasulullah Saw., berkata
tatkala ia ingat akan akhlak mulia Rasulullah Saw.:
Aku telah membantu Nabi Saw selama sepuluh
tahun, selama itu beliau tidak pernah berkata 'uh'
(seolah-olah mengeluh) kepada ku sehubungan
dengan memandang apa-apa yang aku kerjakan atau
tidak aku kerjakan.
(Fadhail Al-Khamsah, jilid I, hal. 119)
Selain itu akhlak yang baik dan wajah ceria merupakan
penyebab yang memanjangkan umur. Dalam hal ini Imam
Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:
Kebaikan dan tingkah laku yang baik membuat tanah
menjadi subur dan memanjangkan umur.
(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)
Berkenaan dengan ini Dr. Sanderson menulis:
Kebaikan merupakan faktor penting dalam
berperilaku dan ia mencegah keburukan penyakit.
Banyak obat yang mempunyai efek sampingan yang
tidak diinginkan bersamaan dengan penyembuhan
nya yang bersifat sementara; sedangkan kebaikan
menyebabkan kesembuhan untuk selama-lamanya
terhadap semua bagian tubuh... Kebaikan
menggerakkan segala kekuatan tubuh. Peredaran
darah pada orang-orang yang berkelakuan baik itu
bagus, dan pernafasan mereka pun lebih baik....
Ada suatu pernyataan yang indah dari Imam Ja'far a.s. Beliau
berkata, bahwa ada suatu hubungan langsung antara
kebaikan dan perilaku yang baik, keduanya berada di antara
faktor-faktor yang memperpanjang kehidupan. Alasan di
balik ini adalah, bahwa orang-orang yang baik merasakan
suatu perasaan bahagia dan puas, jadi kebaikan dan perilaku
yang baik itu memiliki efek-efek yang sama. Imam Ja'far as.
juga memandang unsur-unsur tingkah laku ini guna mencapai
kebahagiaan tatkala beliau' berkata:
Bagian dari kebahagiaan manusia adalah akhlak nya
yang baik.
(Mustadrak Wasa'il, jilid II, hal. 83)
Dalam hal ini Samuel Smiles menambahkan:
Perilaku yang baik dan emosi yang seimbang
mempunyai efek atas perkembangan dan
kebahagiaan manusia, seperti kekuatan dan naluri
lainnya. Sebenarnya kebahagiaan seseorang sebagian
besar berhubungan dengan kasih sayang dan
perilaku yang baik.
Di samping itu perilaku yang baik memudahkan kehidupan
dan meningkatkan nafkah atau penghidupan dan
keharmonisan. Imam Ali a.s. berkata:
Tingkah laku yang baik memberikan penghidupan
secara royal dan membuat para sahabat (lebih)
dekat.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 279)
S. Marden menulis dalam buku nya sebagai berikut:
Saya kenal, manajer restauran yang menjadi sangat
kaya dan populer karena tingkah laku nya yang baik.
Saya perhatikan, bahwa para pelancong dan turis
datang dari tempat yang jauh untuk mencapai
restaurannya, mereka berbuat demikian karena
mereka menyukai lingkungan nya yang leluasa dan
menyenangkan dalam restauran ini. Ketika para
pelanggan tiba di restauran, sang manajer dengan
wajah yang ceria menyambut mereka dengan cara
yang tidak ada bandingnya. Mereka tidak mengeluh
sebagaimana biasa Anda temukan di restauran-
restauran lainnya. Di restauran ini karyawan nya
mencoba menunjukkan sifat ramah dan membina
hubungan secara akrab dengan para pelanggan nya.
Para karyawan nya banyak tersenyum dan
memberikan perhatian khusus dalam melayani para
pelanggan, perhatian ini berangkat dari cinta dan
kasih terhadap para tamu nya. Para karyawan ini
membina suatu hubungan dengan para tamu nya
sedemikian rupa, sehingga para tamu tidak hanya
merasa bahwa mereka pasti kembali lagi, tetapi juga
berharap membawa teman-teman mereka. Jelas,
betapa metode ini efektif dalam menarik para
pelanggan baru.
Ia menambahkan:
Perilaku yang baik tidak begitu memainkan peranan
penting di sepanjang sejarah dibandingkan dengan
saat ini. Ia telah menjadi modal bagi orang-orang
yang hendak membawa kebahagiaan dan
keberhasilan dalam hidup mereka.
Imam Ja'far a.s. memasukkan sifat ceria di antara tanda-
tanda seseorang yang berakal. Beliau berkata:
Orang-orang yang memiliki akal yang paling
sempurna di antara manusia, adalah orang-orang
yang memiliki tingkah laku yang paling baik.
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 201)
Samuel Smiles berkata:
Sejarah menunjukkan kepada kita, bahwa orang-
orang yang paling jenius adalah orang-orang yang
bahagia dan optimis, karena mereka menyadari
makna hidup yang sesungguhnya, dan mereka
mencoba mewujudkan akal budi mereka di dalam
daging mereka. Bila seseorang berpikir tentang
berbagai prestasi mereka, secara jelas dapat
dipahami jiwa dan pemikiran mereka yang sehat
serta kebaikan dan antusiasme mereka. Orang-orang
yang berjiwa besar dan orang-orang yang paling
cerdas memiliki wajah ceria dan bahagia. Tingkah
laku mereka merupakan teladan bagi orang-orang
yang setia kepada mereka, dan terpengaruh oleh
tingkah laku mereka, karenanya mengikuti sinar
kebaikan mereka dan kebahagiaan yang alami.
Yang mulia Rasulullah Saw. bersabda:
"Sifat yang paling penting yang akan membawa
umat ke surga, adalah takut kepada Allah dan Akhlak
yang mulia."
(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)
Maka dari itu, adalah suatu kewajiban atas siapa pun yang
mempunyai akal, dan yang berkeinginan untuk membina
hidup mulia untuk mencapai modal spiritual yang tak ternilai
ini, yaitu akhlak yang baik. Untuk menghapus sifat yang tidak
diinginkan, manusia membutuhkan dorongan yang sungguh-
sungguh untuk mencapai tujuan ini. Pandangan sekilas
terhadap orang-orang yang merugi -yakni yang memiliki
perilaku buruk- akan memberikan dorongan kepada nya
untuk berjuang keras menghapus perilaku-perilaku buruk
semacam itu.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Friday 10 January 2014
Rasa Benci
Berbagai watak tertentu dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak
dikehendaki akan melemahkan ikatan cinta, bahkan kadang-
kadang memutuskan hubungan yang baik. Individu-individu
yang berwatak keras, yang tidak mampu memelihara cinta
orang lain, sebenarnya membangun dinding yang tidak dapat
dihancurkan di antara mereka dan masyarakat nya; ia
menghalangi mereka dalam menyadari adanya sinar cinta.
Oleh karenanya, watak buruk itu menghancurkan dasar
kebahagiaan dan menghilangkan watak manusia yang
sesungguhnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perilaku-perilaku yang tidak
baik dapat menjauhkan manusia satu sama lain. Perilaku
buruk memaksa manusia untuk meninggalkan berbagai
kemampuan nya, yang sebenarnya sangat berguna dalam
memajukan mereka kepada suatu kehidupan yang sopan dan
mulia.
Perlu lah bagi seseorang yang hendak berhubungan dengan
masyarakat nya, untuk terlebih dahulu menyadari tentang
seni berhubungan (the art of interaction), dan setelah
memahami nya, gunakan lah sesuai dengan peraturan-
peraturan sosial yang dapat diterima. Tanpa adanya proses
ini seseorang tidak dapat hidup secara harmonis dengan
masyarakat nya, serta tidak dapat mendorong tingkah laku
antar pribadi dalam masyarakat menuju kesempurnaan. Oleh
karena itu, akhlak yang baik merupakan landasan utama
kebahagiaan umat manusia. Akhlak yang baik juga
merupakan faktor penting dalam memperbaiki kepribadian
seseorang.
Sebenarnya, akhlak yang baik mendorong manusia untuk
dapat menggunakan berbagai kemampuan nya, dan menjadi
sesuatu yang efektif dalam mengelola masyarakat. Tidak ada
watak atau sifat lain yang sebanding dengan akhlak yang baik
dalam menarik cinta dan kasih sayang orang lain, serta dalam
mengurangi penderitaan yang mungkin dihadapi dalam
kehidupan ini.
Orang-orang yang memiliki perilaku seperti ini tidak
menampakkan rasa sedih nya kepada orang lain. Orang-
orang seperti ini berjuang menciptakan suatu pelangi
kebahagiaan dan kasih sayang di sekeliling diri mereka,
sehingga orang lilin yang berhubungan dengan mereka lupa
akan penderitaan nya, karena mereka membuat orang lain
merasa tenteram dan aman. Meskipun mereka mengalami
berbagai kesulitan, namun mereka tetap menampilkan
ketenteraman dalam diri mereka sendiri. Oleh karenanya,
sikap ini meningkatkan mereka dalam meraih keberhasilan
dan kemenangan.
Bagi semua orang, akhlak mulia merupakan umur yang kuat
dalam memelihara keberhasilan. Tidak perlu kami katakan,
bahwa keberhasilan suatu perusahaan komersial secara
langsung berkaitan dengan tingkah laku yang baik dari para
karyawan nya.
Seorang manajer sebuah perusahaan yang memiliki perilaku
yang baik, biasanya aktif dan banyak memperoleh hubungan
atau koneksi-koneksi penting dan vital. Kesimpulan nya,
perilaku yang baik merupakan rahasia yang dapat membuat
seseorang dapat diterima orang lain. Orang tidak suka
terhadap sifat buruk seseorang, tidak peduli apa pun
kedudukan nya. Berkenaan dengan ini, seorang sarjana Barat
menulis pengalaman nya sebagai berikut:
"Suatu hari aku memutuskan untuk melakukan eksperimen
tentang bagaimana wajah yang penuh perhatian dan
kegembiraan berpengaruh dalam hidup ku. Sebelumnya, hari
itu aku merasa sedih dan tertekan, akhirnya pagi itu aku
meninggalkan rumah dengan niat untuk bergembira. Aku
mengerti, menurut pengalaman ku selama ini, bahwa wajah
yang penuh perhatian dan penuh kegembiraan mampu
memberi ku kekuatan. Aku ingin mencoba apakah diriku juga
mampu mempengaruhi orang lain dengan cara yang sama.
Aku ulangi hal ini terus menerus sambil bekerja, yakni
ketetapan ku agar menjadi orang yang penuh perhatian dan
berwajah ceria; aku bahkan meyakinkan diri, bahwa aku
adalah orang yang sangat beruntung. Alhasil, aku merasakan
suatu perasaan bahagia. merasuki tubuh ku. Aku seolah-olah
sedang terbang melayang. Aku memandang ke sekeliling ku
dengan senyum lebar di wajah ku; aku masih melihat wajah-
wajah di sekeliling ku yang menampakkan ciri-ciri kesedihan.
Haiku terbakar melihat orang-orang ini, dan aku berharap
dapat memberi mereka secercah sinar dari dalam hati ku.
"Pagi itu aku memasuki kantor dan memberi salam kepada
akuntan dengan cara yang tidak seperti biasanya.
Sebelumnya jarang sekali aku tersenyum, dan tidak pernah
menyambut mereka dengan cara seperti ini. Sang akuntan
memberikan salam yang hangat dan ramah. Pada saat itu aku
merasa bahwa kebahagiaan ku benar-benar mempengaruhi
nya.
"Presiden di tempat aku bekerja ada orang yang tidak pernah
mengangkat kepala nya bila berbicara dengan orang lain; ia
tidak ramah. Pada hari itu, dengan kasar ia memarahi ku,
bahkan hampir setiap hari. Aku tidak tahan dengan hal ini,
karena ketetapan ku bahwa aku tidak ingin terganggu oleh
apa pun juga. Aku pun menjawab dengan cara yang dapat
membuat kerut di wajah nya hilang. Ini merupakan kejadian
yang kedua kalinya pada hari itu. Kemudian pada hari itu juga
aku berusaha untuk tetap bersikap penuh perhatian dan
berwajah ceria.
"Aku pun mampu mempraktekkan cara ini terhadap keluarga
ku sehingga membawa hasil yang positif. Walhasil aku
menjadi aktif, bahagia dan membuat orang lain di sekeliling
ku merasakan hal yang serupa.
"Hal ini juga mungkin bagi Anda. Bertemu dengan orang Jain
dengan wajah ceria, pasti bunga-bunga kebahagiaan akan
mekar dalam kehidupan Anda, seperti bunga mawar yang
berkembang di musim semi, dan Anda akan banyak
memperoleh sahabat yang membawa kedamaian dan
ketenangan kepada kehidupan Anda selama-lamanya".
Tiada seorang pun dapat menyangkal pengaruh besar sikap
ini dalam melembutkan hati musuh. Rasa hormat dan
perilaku yang baik juga memainkan peranan penting dalam
meyakinkan lawan agar tunduk kepada ideologi.
Dalam hal ini penulis Barat lainnya mengatakan:
"Semua gerbang terbuka bagi orang-orang yang berwajah
ceria dan berperilaku mulia, sedang bagi orang-orang yang
berkelakuan buruk, harus mendobrak gerbang itu untuk
membuka nya, seperti para gangster. Yang terbaik di antara
berbagai persoalan adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kebaikan, akhlak yang baik, dan keceriaan".
Selain itu saya ingin menambahkan, bahwa perilaku yang
baik itu menjamin kebahagiaan danmembimbing tingkah
laku yang baik menuju kesempurnaan; tetapi hanya jika cara-
cara dan perilaku seperti ini benar-benar mengakar ke dalam
lubuk hati seseorang yang jauh dari sifat munafik dan pura-
pura.
Dengan kata lain, perasaan cinta harus merupakan
manifestasi dari apa yang ada di dalam hati. Penampilan nya
di luar tidak perlu mencerminkan apa yang tersembunyi di
dalam hatinya. Mungkin saja beberapa perilaku baik
seseorang bertentangan dengan hatinya yang terganggu dan
tersesat. Memang banyak orang-orang jahat menghiasi diri
mereka dengan pakaian malaikat, dengan cara itu mereka
menyembunyikan wajah yang menakutkan di balik tirai
kecantikan.
dikehendaki akan melemahkan ikatan cinta, bahkan kadang-
kadang memutuskan hubungan yang baik. Individu-individu
yang berwatak keras, yang tidak mampu memelihara cinta
orang lain, sebenarnya membangun dinding yang tidak dapat
dihancurkan di antara mereka dan masyarakat nya; ia
menghalangi mereka dalam menyadari adanya sinar cinta.
Oleh karenanya, watak buruk itu menghancurkan dasar
kebahagiaan dan menghilangkan watak manusia yang
sesungguhnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perilaku-perilaku yang tidak
baik dapat menjauhkan manusia satu sama lain. Perilaku
buruk memaksa manusia untuk meninggalkan berbagai
kemampuan nya, yang sebenarnya sangat berguna dalam
memajukan mereka kepada suatu kehidupan yang sopan dan
mulia.
Perlu lah bagi seseorang yang hendak berhubungan dengan
masyarakat nya, untuk terlebih dahulu menyadari tentang
seni berhubungan (the art of interaction), dan setelah
memahami nya, gunakan lah sesuai dengan peraturan-
peraturan sosial yang dapat diterima. Tanpa adanya proses
ini seseorang tidak dapat hidup secara harmonis dengan
masyarakat nya, serta tidak dapat mendorong tingkah laku
antar pribadi dalam masyarakat menuju kesempurnaan. Oleh
karena itu, akhlak yang baik merupakan landasan utama
kebahagiaan umat manusia. Akhlak yang baik juga
merupakan faktor penting dalam memperbaiki kepribadian
seseorang.
Sebenarnya, akhlak yang baik mendorong manusia untuk
dapat menggunakan berbagai kemampuan nya, dan menjadi
sesuatu yang efektif dalam mengelola masyarakat. Tidak ada
watak atau sifat lain yang sebanding dengan akhlak yang baik
dalam menarik cinta dan kasih sayang orang lain, serta dalam
mengurangi penderitaan yang mungkin dihadapi dalam
kehidupan ini.
Orang-orang yang memiliki perilaku seperti ini tidak
menampakkan rasa sedih nya kepada orang lain. Orang-
orang seperti ini berjuang menciptakan suatu pelangi
kebahagiaan dan kasih sayang di sekeliling diri mereka,
sehingga orang lilin yang berhubungan dengan mereka lupa
akan penderitaan nya, karena mereka membuat orang lain
merasa tenteram dan aman. Meskipun mereka mengalami
berbagai kesulitan, namun mereka tetap menampilkan
ketenteraman dalam diri mereka sendiri. Oleh karenanya,
sikap ini meningkatkan mereka dalam meraih keberhasilan
dan kemenangan.
Bagi semua orang, akhlak mulia merupakan umur yang kuat
dalam memelihara keberhasilan. Tidak perlu kami katakan,
bahwa keberhasilan suatu perusahaan komersial secara
langsung berkaitan dengan tingkah laku yang baik dari para
karyawan nya.
Seorang manajer sebuah perusahaan yang memiliki perilaku
yang baik, biasanya aktif dan banyak memperoleh hubungan
atau koneksi-koneksi penting dan vital. Kesimpulan nya,
perilaku yang baik merupakan rahasia yang dapat membuat
seseorang dapat diterima orang lain. Orang tidak suka
terhadap sifat buruk seseorang, tidak peduli apa pun
kedudukan nya. Berkenaan dengan ini, seorang sarjana Barat
menulis pengalaman nya sebagai berikut:
"Suatu hari aku memutuskan untuk melakukan eksperimen
tentang bagaimana wajah yang penuh perhatian dan
kegembiraan berpengaruh dalam hidup ku. Sebelumnya, hari
itu aku merasa sedih dan tertekan, akhirnya pagi itu aku
meninggalkan rumah dengan niat untuk bergembira. Aku
mengerti, menurut pengalaman ku selama ini, bahwa wajah
yang penuh perhatian dan penuh kegembiraan mampu
memberi ku kekuatan. Aku ingin mencoba apakah diriku juga
mampu mempengaruhi orang lain dengan cara yang sama.
Aku ulangi hal ini terus menerus sambil bekerja, yakni
ketetapan ku agar menjadi orang yang penuh perhatian dan
berwajah ceria; aku bahkan meyakinkan diri, bahwa aku
adalah orang yang sangat beruntung. Alhasil, aku merasakan
suatu perasaan bahagia. merasuki tubuh ku. Aku seolah-olah
sedang terbang melayang. Aku memandang ke sekeliling ku
dengan senyum lebar di wajah ku; aku masih melihat wajah-
wajah di sekeliling ku yang menampakkan ciri-ciri kesedihan.
Haiku terbakar melihat orang-orang ini, dan aku berharap
dapat memberi mereka secercah sinar dari dalam hati ku.
"Pagi itu aku memasuki kantor dan memberi salam kepada
akuntan dengan cara yang tidak seperti biasanya.
Sebelumnya jarang sekali aku tersenyum, dan tidak pernah
menyambut mereka dengan cara seperti ini. Sang akuntan
memberikan salam yang hangat dan ramah. Pada saat itu aku
merasa bahwa kebahagiaan ku benar-benar mempengaruhi
nya.
"Presiden di tempat aku bekerja ada orang yang tidak pernah
mengangkat kepala nya bila berbicara dengan orang lain; ia
tidak ramah. Pada hari itu, dengan kasar ia memarahi ku,
bahkan hampir setiap hari. Aku tidak tahan dengan hal ini,
karena ketetapan ku bahwa aku tidak ingin terganggu oleh
apa pun juga. Aku pun menjawab dengan cara yang dapat
membuat kerut di wajah nya hilang. Ini merupakan kejadian
yang kedua kalinya pada hari itu. Kemudian pada hari itu juga
aku berusaha untuk tetap bersikap penuh perhatian dan
berwajah ceria.
"Aku pun mampu mempraktekkan cara ini terhadap keluarga
ku sehingga membawa hasil yang positif. Walhasil aku
menjadi aktif, bahagia dan membuat orang lain di sekeliling
ku merasakan hal yang serupa.
"Hal ini juga mungkin bagi Anda. Bertemu dengan orang Jain
dengan wajah ceria, pasti bunga-bunga kebahagiaan akan
mekar dalam kehidupan Anda, seperti bunga mawar yang
berkembang di musim semi, dan Anda akan banyak
memperoleh sahabat yang membawa kedamaian dan
ketenangan kepada kehidupan Anda selama-lamanya".
Tiada seorang pun dapat menyangkal pengaruh besar sikap
ini dalam melembutkan hati musuh. Rasa hormat dan
perilaku yang baik juga memainkan peranan penting dalam
meyakinkan lawan agar tunduk kepada ideologi.
Dalam hal ini penulis Barat lainnya mengatakan:
"Semua gerbang terbuka bagi orang-orang yang berwajah
ceria dan berperilaku mulia, sedang bagi orang-orang yang
berkelakuan buruk, harus mendobrak gerbang itu untuk
membuka nya, seperti para gangster. Yang terbaik di antara
berbagai persoalan adalah hal-hal yang berhubungan dengan
kebaikan, akhlak yang baik, dan keceriaan".
Selain itu saya ingin menambahkan, bahwa perilaku yang
baik itu menjamin kebahagiaan danmembimbing tingkah
laku yang baik menuju kesempurnaan; tetapi hanya jika cara-
cara dan perilaku seperti ini benar-benar mengakar ke dalam
lubuk hati seseorang yang jauh dari sifat munafik dan pura-
pura.
Dengan kata lain, perasaan cinta harus merupakan
manifestasi dari apa yang ada di dalam hati. Penampilan nya
di luar tidak perlu mencerminkan apa yang tersembunyi di
dalam hatinya. Mungkin saja beberapa perilaku baik
seseorang bertentangan dengan hatinya yang terganggu dan
tersesat. Memang banyak orang-orang jahat menghiasi diri
mereka dengan pakaian malaikat, dengan cara itu mereka
menyembunyikan wajah yang menakutkan di balik tirai
kecantikan.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Subscribe to:
Posts (Atom)