Sunday 14 September 2014

Perang Saudara, Anak-anak di Aleppo Sekolah di Bawah Tanah

Aleppo, Syiria - Perang saudara yang berlangsung di Syiria memaksa anak-anak di kota Aleppo untuk bersekolah di bawah tanah. Sebabnya, gedung sekolah terlalu berbahaya karena ancaman ledakan bom dan roket dapat datang tanpa diduga-duga.

Ruang bawah tanah atau basement sebagai tempat mereka belajar pun bukan berada di lingkungan sekolah. Pihak sekolah memutuskan untuk memindahkan kelas ke area sipil atau perumahan penduduk untuk meminimalisasi risiko terserang bom dan roket. Alhasil, murid-murid harus belajar sambil berdesakan dan kekurangan alat tulis serta buku.

"Di sekolah, ruangan kami sangat lengkap. Tapi intensitas pengeboman yang semakin kuat memaksa kami untuk pindah ke ruang bawah tanah," tutur Abdullah, salah seorang guru, dikutip dari AFP, Sabtu (13/9/2014).

Ruangan yang mereka gunakan untuk belajar memang tak terasa seperti ruangan kelas. Dindingnya tidak bercat dan papan tulisnya kusam. Selain itu, sangat tampak bahwa murid-murid kekurangan sarana belajar.

Satu meja panjang digunakan bersama oleh 15 orang. Mereka juga kekurangan buku dan alat tulis sehingga Abdullah tak banyak memberikan tugas. Ia lebih sering bercerita dan membuat gerakan-gerakan lucu agar anak-anak dapat tertawa.

"Sangat sulit bagi mereka untuk berkonsentrasi. Kami tahu bahwa mereka sedang berada dalam tekanan dan aku mencoba untuk menaikkan semangat mereka," sambungnya lagi.

Perang saudara sudah berlangsung di Syiria selama 2 tahun lebih. Aleppo sebagai salah satu kota terbesar di Syiria terkena dampak paling buruk. Hampir 3.000 orang meninggal dan 800 diantaranya adalah anak-anak.

Sementara itu, Syrian Centre for Policy Research, lembaga riset yang bekerja sama dengan PBB mengatakan bahwa 51,8 persen anak-anak memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah. Di sisi lain, anak-anak memang sulit kembali ke sekolah karena 4.000 bangunan sekolah sudah hancur akibat pertempuran dan serangan roket.

Mona, rekan Abdullah yang juga guru sekolah mengatakan bahwa anak-anak sangat menderita karena kehilangan tempat bermain. Dilanjutkannya juga bahwa korban paling menderita akibat perang ini tak lain adalah anak-anak.

"Mereka harus mengurung di rumah agar tak terkena roket. Sementara lapangan bermain mereka di sekolah sudah ditutup, bahkan mereka harus bersekolah di bawah tanah. Keadaan ini membuat mereka menderita," ujarnya.

Detik.com

0 komentar:

Post a Comment