Monday 20 January 2014

Dusta Dilarang Agama

Secara eksplisit Al-Quran mengkategorikan para pendusta

sebagai orang-orang kafir:

"Hanya mereka yang berdusta yang tidak percaya

kepada firman-firman Allah, dan inilah para

pendusta"

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang beriman

tidak menjadikan dirinya sebagai limbah kepalsuan.

Rasulullah Saw. menyatakan:

Ikutilah kebenaran, karena kebenaran membimbing

ke Surga. Sesungguhnya manusia itu selalu berkata

benar dan mencarinya hingga ia dicatat sebagai

orang yang benar di sisi Allah. Dan hindarilah

kebatilan, karena kebatilan membimbing ke neraka,

Manusia selalu berdusta hingga ia dicatat sebagai

seorang pendusta di sisi Allah.

Di antara ciri-ciri pendusta adalah bahwa mereka hanya

percaya setelah benar-benar sangat terdesak. Rasulullah

Saw. berkata:

Sesungguhnya orang-orang yang paling sering

dipercayai manusia adalah yang paling sering

berkata benar; dan orang-orang yang paling ragu

adalah orang-orang yang paling sering berdusta".

Dr. Samuel Smiles menulis:

Beberapa orang menganggap bahwa watak mereka

yang rendah itu wajar dibandingkan dengan watak-
watak lainnya, sedangkan sebenarnya kita tahu

bahwa manusia adalah cerminan dari tingkah laku

mereka masing-masing. Oleh karenanya, baik dan

buruk yang kita lihat pada diri orang lain tidak lain

kecuali suatu cerminan dari apa yang ada dalam

kesadaran kita.

Orang-orang yang memiliki keberanian atau keteguhan hati

dengan akhlak dan tingkah Laku yang baik tidak dapat

menerima kebatilan, mereka juga tidak ingin dikotori oleh

kotoran semacam ini. Para pendusta itu menderita gangguan

mental yang selaju menjauhkan diri mereka dari berkata

benar. Orang-orang yang terpaksa berdusta dalam hari

kecilnya merasa lemah dan hina, karena dusta berada di

muka orang-orang yang lemah dan pengecut.

Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. mengatakan:

jika kemanunggalan wujud (entity) itu terwujud,

sesungguhnya kebenaran akan berdiri bersama

keberanian; kekecutan akan berdiri bersama dusta.

Dr. Raymond Peach berkata:

Dusta adalah senjata pertahanan terbaik dari orang

yang lemah dan jalan tercepat untuk menghindari

bahaya. Dalam banyak hal dusta merupakan suatu

reaksi terhadap kelemahan dan kegagalan. Jika anda

bertanya kepada seorang anak, 'Apakah kamu

menyentuh gula-gula ini?' atau 'Apakah kamu yang

memecahkan vas bunga ini?' Jika si anak mengetahui

bahwa dengan mengakui kesalahan ia akan terkena

hukuman, maka nalurinya berkata padanya untuk

menyangkalnya.

Imam Ali a.s. menyatakan tentang berbagai manfaat yang

jelas dari kebenaran, dalam suatu riwayat yang jelas:

Orang yang berkata benar memperoleh tiga hal:

kepercayaan, kecintaan dan martabat (dari orang

lain). Janganlah disesatkan oleh shalat dan puasa

mereka, karena seseorang bisa saja kuat dalam

shalat dan puasa sehingga jika ia akan

meninggalkannya, ia merasa kesepian. Sebaiknya,

cobalah mereka ketika hendak berkata benar dan

memenuhi kepercayaan (amanah).

Berkenaan dengan ini Imam Ali a.s. berkata:

Dusta adalah sifat yang paling buruk.

Dr. Samuel Smiles menulis:

Di antara semua watak yang lemah. dusta adalah

sifat yang paling buruk dan paling menjijikkan.

Adalah penting bila manusia bercita-cita untuk

menjadi benar dan jujur di seluruh tahap-tahap

kehidupannya, dan bagaimana pun hal ini tidak

meninggalkan maksud atau tujuan lainnya. Islam

melandaskan semua proses perilaku dan koreksi

pada iman dan menjadikannya sebagai dasar bagi

kebahagiaan manusia.

Akhlak tanpa iman laksana sebuah istana yang dibangun di

atas lumpur atau es. Atau sebagaimana pakar lainnya

menjelaskan:

Akhlak tanpa iman laksana benih yang ditanam di

atas batu atau di antara dedurian, pada akhirnya ia

layu dan mati. Jika sifat-sifat mulia tidak dimotivasi

oleh iman, ia laksana panen yang mati di dekat orang

yang hidup.

Agama menguasai hati dan pikiran sekaligus! Ia adalah arena

dalam membawa keharmonisan kepada mereka. Perasaan-

perasaan keagamaan mengurangi berbagai keinginan materi

dan membangun sebuah tembok yang tidak dapat dilalui di

antara iman dan kerendahan. Orang-orang yang mantap

dengan keyakinannya selalu menetapkan berbagai tujuan

dan perasaan dengan tenang.

"Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati merasa

tenang."

Islam menetapkan watak manusia sesuai dengan tingkat

keyakinan dan sifat-sifat baiknya, dan lslam secara gigih

berjuang untuk menguatkan kedua faktor ini. Misalnya, Islam

telah menjadikan iman sebagai suatu jaminan bagi

keabsahan pernyataan-pernyataan seseorang ketika ia

mengangkat sumpah. Menurut hukum lslam, dalam keadaan-
keadaan tertentu sumpah seorang Muslim dapat merupakan

bukti, sehingga ia dianggap menentukan dalam

menyelesaikan perselisihan. Islam juga telah menjadikan

kesaksian (syahadah) manusia sebagai cara untuk

membuktikan hak-haknya.

Jadi, jika dusta tampak dalam bentuk rasa takut yang sangat -

dalam segala hal yang tersebut di atas- maka jelaslah

seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku

semacam ini.

Dalam Al-Quran dusta dianggap sebagai dosa yang tidak

dapat diampuni.

"Dan tidak pernah menerima kesaksian dari mereka".

Dasar dari besarnya dosa berdusta secara jelas berhubungan

dengan seberapa banyak kerusakan yang timbul karena dosa

semacam ini. Maka dari itu, karena dusta di bawah sumpah

dan kesaksian itu lebih merusak, hukuman bagi dosa ini pun

lebih keras.

Dusta adalah suatu perbuatan yang mengarah kepada segala

sifat jahat lainnya.

Imam Hasan Al-Askari a.s. berkata:

Semua sifat dengki ditempatkan di dalam sebuah

rumah dan kunci untuk rumah ini adalah dusta.

Untuk menjelaskan apa yang Imam Al-Askari a.s. katakan,

kami bawa perhatian anda kepada riwayat Nabi berikut ini.

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta

beberapa nasehat kepada beliau. Nabi Saw. menjawab:

"Jauhilah dusta dan lengkapilah dirimu dengan

kebenaran (amanah)."

Lelaki itu, si pelaku berbagai macam dosa, mengikrarkan janji

untuk tidak pernah lagi melakukan pelanggaran lainnya.

Sebenarnya, orang yang bersahabat dengan orang yang jujur

dan terbiasa berlaku benar, baik secara lisan maupun

tindakan, akan hidup bebas dari kesedihan dan deprivasi,

pikiran dan rohani mereka akan bercahaya dengan

keyakinan, mereka jauh dari kegoncangan dan ketakutan,

dan dari pemikiran yang kabur.

Renungan sesaat tentang akibat berdusta, apakah yang

berhubungan dengan agama atau pendapatan materi, akan

memberikan suatu hikmah yang sangat bernilai bagi siapa

saja yang ingin sekali membina kehidupan yang mulia dan

luhur. Dampak-dampak dari berdusta tidak lain kecuali

cambukan-cambukan peringatan.

Sifat amanah hanya dapat dicapai di bawah bayang-bayang

akhlak dan keyakinan. Sehingga ketika syarat-syarat ini tak

terpenuhi, kebahagiaan manusia tidak akan memiliki suatu

kesempatan untuk tetap hidup.


di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

 karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari

0 komentar:

Post a Comment