Sunday 19 January 2014

Mudarat-mudarat Berdusta

Banyaknya manfaat dari kejujuran sebanyak mudarat yang

ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling

indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk.

Lidah menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia

keluar, oleh karena itu jika dusta itu berangkat dari dengki

dan atau benci, maka ini merupakan salah satu tanda yang

berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu berangkat dari

kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini

berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang

membara.

Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan

tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin

musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan.

Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan

menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki

pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan

persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta

mengembangkan kemunafikan. Sebenarnya, penyebab besar

menyangkut kesesatan bersumber dari pernyataan-
pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia

yang memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang

terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan

menyembunyikan fakta-fakta di balik kata-kata magisnya,

dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa

dengan dusta-dusta yang beracun.

Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir atau

merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil

kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak

akan pernah ada orang yang membongkar rahasia-rahasia

mereka". Di dalam kata-kata mereka kita temukan banyak

kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus diliputi oleh

rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah jika

dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-
kenangan yang buruk"

Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang

meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:

Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik

daripada kebenaran yang menyakitkan.

Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi sifat

tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini

untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini

jahil tentang dalil dan hukum berkenaan dengan persoalan

itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa jika jiwa, martabat

seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting terancam,

adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara

yang mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang

sah yang mengatakan, "berbagai kebutuhan menghalalkan

yang diharamkan". Dusta seperlunya (necessary lying)

memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di perbatasan

keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran

"kepembangunan" (constructiveness) untuk melibatkan

dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak akan ada dusta tanpa

sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah seorang

ulama besar mengatakan.

Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi

kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan

atas segala tindakan kita. Bahkan para kriminal

profesional pun mempunyai alasan bagi kejahatan-
kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat

dan kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat.

Dengan kata lain, setiap dusta yang diucapkan itu

mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik

jika ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya

sehingga tidak ada alasan untuk menyembunyikan

fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah

fitrah manusia dalam memandang segalanya yang

mungkin bermanfaat baginya itu baik. Jika manusia

berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan

pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau

kejujuran atau membayangkan ada kebaikan di

dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa adanya

keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam

kebenaran dan kebaikan di dalam dusta.

Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu

merupakan suatu kejahatan besar.

Kebebasan berbicara lebih penting daripada kebebasan

berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan

ketika melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya

orang itu saja yang dirugikan. Di lain pihak, ketika

melaksanakan kebebasan berbicara, kesejahteraan

masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat

kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan

masyarakat.

Al-Ghozali telah berkata:

Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah

makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan

ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang

sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan

tidak taat. Baik kafir maupun beriman,

terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah

atau keingkaran yang penghabisan.

Kemudian beliau menambahkan:

Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya

demi agama, yang mampu menghindari kejahatan.

Orang-orang ini tidak pernah membebaskan lidahnya

kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan

tempat istirahat mereka yang kekal,

(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)

Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan

kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak

memasuki hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana

berbuat dan berbicara lewat keluarga dan orang-orang

sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta dan atau

menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan

keluarga, anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan

terjungkir oleh penyakit yang sama.

Morris T. Yash berkata:

Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk

mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh

orang-orang yang dididik olehnya, demikian juga

anak-anak.


di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

 karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari

0 komentar:

Post a Comment