Banyaknya manfaat dari kejujuran sebanyak mudarat yang
ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling
indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk.
Lidah menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia
keluar, oleh karena itu jika dusta itu berangkat dari dengki
dan atau benci, maka ini merupakan salah satu tanda yang
berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu berangkat dari
kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini
berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang
membara.
Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan
tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin
musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan.
Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan
menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki
pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan
persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta
mengembangkan kemunafikan. Sebenarnya, penyebab besar
menyangkut kesesatan bersumber dari pernyataan-
pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia
yang memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang
terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan
menyembunyikan fakta-fakta di balik kata-kata magisnya,
dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa
dengan dusta-dusta yang beracun.
Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir atau
merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak
akan pernah ada orang yang membongkar rahasia-rahasia
mereka". Di dalam kata-kata mereka kita temukan banyak
kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus diliputi oleh
rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah jika
dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-
kenangan yang buruk"
Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang
meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:
Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik
daripada kebenaran yang menyakitkan.
Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi sifat
tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini
untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini
jahil tentang dalil dan hukum berkenaan dengan persoalan
itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa jika jiwa, martabat
seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting terancam,
adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara
yang mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang
sah yang mengatakan, "berbagai kebutuhan menghalalkan
yang diharamkan". Dusta seperlunya (necessary lying)
memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di perbatasan
keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran
"kepembangunan" (constructiveness) untuk melibatkan
dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak akan ada dusta tanpa
sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah seorang
ulama besar mengatakan.
Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi
kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan
atas segala tindakan kita. Bahkan para kriminal
profesional pun mempunyai alasan bagi kejahatan-
kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat
dan kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat.
Dengan kata lain, setiap dusta yang diucapkan itu
mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik
jika ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya
sehingga tidak ada alasan untuk menyembunyikan
fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah
fitrah manusia dalam memandang segalanya yang
mungkin bermanfaat baginya itu baik. Jika manusia
berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan
pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau
kejujuran atau membayangkan ada kebaikan di
dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa adanya
keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam
kebenaran dan kebaikan di dalam dusta.
Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu
merupakan suatu kejahatan besar.
Kebebasan berbicara lebih penting daripada kebebasan
berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan
ketika melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya
orang itu saja yang dirugikan. Di lain pihak, ketika
melaksanakan kebebasan berbicara, kesejahteraan
masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat
kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan
masyarakat.
Al-Ghozali telah berkata:
Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah
makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan
ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang
sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan
tidak taat. Baik kafir maupun beriman,
terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah
atau keingkaran yang penghabisan.
Kemudian beliau menambahkan:
Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya
demi agama, yang mampu menghindari kejahatan.
Orang-orang ini tidak pernah membebaskan lidahnya
kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan
tempat istirahat mereka yang kekal,
(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)
Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan
kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak
memasuki hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana
berbuat dan berbicara lewat keluarga dan orang-orang
sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta dan atau
menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan
keluarga, anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan
terjungkir oleh penyakit yang sama.
Morris T. Yash berkata:
Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk
mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh
orang-orang yang dididik olehnya, demikian juga
anak-anak.
ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling
indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk.
Lidah menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia
keluar, oleh karena itu jika dusta itu berangkat dari dengki
dan atau benci, maka ini merupakan salah satu tanda yang
berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu berangkat dari
kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini
berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang
membara.
Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan
tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin
musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan.
Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan
menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki
pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan
persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta
mengembangkan kemunafikan. Sebenarnya, penyebab besar
menyangkut kesesatan bersumber dari pernyataan-
pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia
yang memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang
terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan
menyembunyikan fakta-fakta di balik kata-kata magisnya,
dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa
dengan dusta-dusta yang beracun.
Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir atau
merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil
kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak
akan pernah ada orang yang membongkar rahasia-rahasia
mereka". Di dalam kata-kata mereka kita temukan banyak
kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus diliputi oleh
rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah jika
dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-
kenangan yang buruk"
Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang
meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:
Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik
daripada kebenaran yang menyakitkan.
Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi sifat
tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini
untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini
jahil tentang dalil dan hukum berkenaan dengan persoalan
itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa jika jiwa, martabat
seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting terancam,
adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara
yang mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang
sah yang mengatakan, "berbagai kebutuhan menghalalkan
yang diharamkan". Dusta seperlunya (necessary lying)
memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di perbatasan
keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran
"kepembangunan" (constructiveness) untuk melibatkan
dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak akan ada dusta tanpa
sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah seorang
ulama besar mengatakan.
Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi
kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan
atas segala tindakan kita. Bahkan para kriminal
profesional pun mempunyai alasan bagi kejahatan-
kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat
dan kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat.
Dengan kata lain, setiap dusta yang diucapkan itu
mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik
jika ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya
sehingga tidak ada alasan untuk menyembunyikan
fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah
fitrah manusia dalam memandang segalanya yang
mungkin bermanfaat baginya itu baik. Jika manusia
berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan
pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau
kejujuran atau membayangkan ada kebaikan di
dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa adanya
keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam
kebenaran dan kebaikan di dalam dusta.
Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu
merupakan suatu kejahatan besar.
Kebebasan berbicara lebih penting daripada kebebasan
berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan
ketika melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya
orang itu saja yang dirugikan. Di lain pihak, ketika
melaksanakan kebebasan berbicara, kesejahteraan
masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat
kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan
masyarakat.
Al-Ghozali telah berkata:
Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah
makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan
ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang
sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan
tidak taat. Baik kafir maupun beriman,
terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah
atau keingkaran yang penghabisan.
Kemudian beliau menambahkan:
Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya
demi agama, yang mampu menghindari kejahatan.
Orang-orang ini tidak pernah membebaskan lidahnya
kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan
tempat istirahat mereka yang kekal,
(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)
Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan
kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak
memasuki hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana
berbuat dan berbicara lewat keluarga dan orang-orang
sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta dan atau
menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan
keluarga, anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan
terjungkir oleh penyakit yang sama.
Morris T. Yash berkata:
Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk
mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh
orang-orang yang dididik olehnya, demikian juga
anak-anak.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
0 komentar:
Post a Comment