Thursday 16 January 2014

Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis

Sifat pesimis adalah suatu penyakit rohani yang berbahaya. Ia

penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat

pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang

menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang

tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak

terhapus.

Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia

cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat

pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan

yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat

pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini

meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.

Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang

cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang

pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak

sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang

negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang

tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang

yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan

kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana

dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan

banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya

mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan

terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang

tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.

Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat

optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan

rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis

mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya,

dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang

membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.

Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya

terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi

tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita

pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah.

Menurut seorang dokter medis:

Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga

terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada

menolong orang yang melompat ke laur mencoba

untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang

selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam

minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar

membantu, adalah penting bagi si penderita untuk

memelihara rasa senang dan percayanya.

Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas

mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga

ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat

dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-
orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka

untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri

mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari

kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor

utama dalam penyebab bunuh diri.

Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita

akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat

prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri

dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan

dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain

tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-
orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya,

sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat

diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan

dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut

manusia dari saling percaya serta mengarah kepada

penghancuran moral dan juga jiwa.

Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan

dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun

masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda

dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat

bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami

dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para

ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan

memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis;

mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan

mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka

bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama

bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan

pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga

menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan

kebencian.

Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang

pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif

terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari

pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil

menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.


di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

 karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari

0 komentar:

Post a Comment