Sifat pesimis adalah suatu penyakit rohani yang berbahaya. Ia
penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat
pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang
menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang
tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak
terhapus.
Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia
cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat
pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan
yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat
pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini
meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.
Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang
cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang
pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak
sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang
negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang
tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang
yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan
kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana
dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan
banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya
mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan
terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang
tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.
Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat
optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan
rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis
mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya,
dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang
membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.
Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya
terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi
tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita
pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah.
Menurut seorang dokter medis:
Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga
terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada
menolong orang yang melompat ke laur mencoba
untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang
selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam
minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar
membantu, adalah penting bagi si penderita untuk
memelihara rasa senang dan percayanya.
Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas
mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga
ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat
dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-
orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka
untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri
mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari
kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor
utama dalam penyebab bunuh diri.
Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita
akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat
prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri
dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan
dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain
tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-
orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya,
sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat
diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan
dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut
manusia dari saling percaya serta mengarah kepada
penghancuran moral dan juga jiwa.
Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan
dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun
masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda
dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat
bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami
dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para
ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan
memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis;
mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan
mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka
bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama
bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan
pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga
menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan
kebencian.
Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang
pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif
terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari
pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil
menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.
penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat
pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang
menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang
tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak
terhapus.
Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia
cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat
pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan
yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat
pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini
meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.
Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang
cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang
pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak
sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang
negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang
tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang
yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan
kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana
dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan
banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya
mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan
terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang
tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.
Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat
optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan
rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis
mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya,
dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang
membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.
Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya
terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi
tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita
pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah.
Menurut seorang dokter medis:
Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga
terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada
menolong orang yang melompat ke laur mencoba
untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang
selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam
minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar
membantu, adalah penting bagi si penderita untuk
memelihara rasa senang dan percayanya.
Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas
mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga
ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat
dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-
orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka
untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri
mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari
kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor
utama dalam penyebab bunuh diri.
Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita
akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat
prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri
dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan
dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain
tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-
orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya,
sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat
diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan
dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut
manusia dari saling percaya serta mengarah kepada
penghancuran moral dan juga jiwa.
Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan
dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun
masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda
dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat
bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami
dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para
ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan
memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis;
mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan
mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka
bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama
bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan
pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga
menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan
kebencian.
Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang
pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif
terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari
pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil
menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
0 komentar:
Post a Comment