Wednesday 15 January 2014

Pesimisme- Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan

Kehidupan manusia merupakan suatu campuran antara sedih

dan senang. Dua sifat ini ikut andil dalam kehidupan di dunia

ini. Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri dan

menjadi korban rasa sedih dan senang atas berbagai

problema dan malapetaka kehidupan. Sesuai dengan fakta

yang pahit ini, kehidupan manusia senantiasa berubah antara

kesedihan dan kemudahan.

Kita sebagai manusia tidak dapat merubah Sunnatullah yang

menguasai hidup kira ini agar tunduk kepada kehendak kita

sendiri. Kini, setelah kita menyadari makna yang mendalam

dari kehidupan ini, kita dapat mengarahkan pandangan kita

kepada sisi eksistensi yang indah dan membuang sesuatu

yang buruk yang menyuramkan fakta kehidupan di alam

semesta yang luas ini. Alam semesta ini, yang dipenuhi

dengan ciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang

penuh keseksamaan, semua ini mengatakan kepada kita

bahwa setiap makhluk yang ada memiliki suatu tujuan bagi

penciptaannya. Di lain pihak, boleh jadi kita tidak tahu atau

lupa terhadap titik-titik terang di alam semesta dan hanya

terfokus kepada bintik-bintik suramnya. Akhirnya ini semua

terserah kepada setiap orang untuk memilih arah

pemikirannya, ia dapat memilih warna dan pandangan hidup

yang ia kehendaki.

Adalah wajib bagi kira untuk mempersiapkan diri guna

menghadapi dan memilih yang manakah yang pantas bagi

kita untuk menghindari faktor-faktor yang merugikan,

sehingga kita tidak kehilangan kemampuan untuk bermawas

diri. Sebaliknya, bisa-bisa kita menghadapi kemalangan yang

tak dapat dihindari, atau bahkan menjadi korban topan

kesengsaraan.

Banyak di antara kita yang membayangkan bahwa jika

rangkaian peristiwa dalam kehidupan kita berbeda, kita akan

menjadi orang yang bahagia. Sebenarnya problem orang-
orang ini tidaklah berhubungan dengan berbagai peristiwa

dalam hidup mereka tetapi berhubungan dengan cara-cara.

mereka bergelut di dalamnya. Adalah mungkin bagi kita

untuk merubah pengaruh peristiwa-peristiwa semacam ini,

atau bahkan merubah beberapa akibatnya menjadi hal-hal

yang bermanfaat.

Seorang pemikir terkenal menulis:

Pemikiran kita selalu berjalan di daerah kebencian

dan ketidakpuasan, sehingga kita selalu mengeluh

dan menangis. Alasan di balik tangisan ini berada

dalam kesadaran, Kita dibangun dengan cara

semacam ini, yakni, keberadaan kita tumbuh dengan

jalan yang tidak sesuai dengan jiwa dan rohani kita.

Setiap hari kita berkeinginan dan berharap kepada

sesuatu yang baru, atau mungkin kita benar-benar

tidak mengetahui apa yang kita inginkan. Kita

percaya bahwa orang bin telah memperoleh

kebahagiaan, sehingga kita iri terhadap mereka

karena kita hidup menderita. Kita adalah seperti

anak-anak yang berbuat tidak senonoh yang mem

buat-buat alasan-alasan haru dali mulai menangis.

Jiwa kita menderita terhadap tangisan mereka dan

kita tidak bisa tenang hingga kita membuat mereka

memahami fakta-fakta dan membuang apa yang

mereka bayangkan secara keliru sena meninggalkan

berbagai keinginan mereka yang sukar dikendalikan.

Anak-anak ini, sebagai akibat dari keinginan mereka yang

banyak, menjadi buta terhadap segala sesuatu kecuali

kesengsaraan. Adalah kewajiban kita untuk membuka mata

mereka terhadap sisi kehidupan yang baik. Kita harus

membuat mereka memahami bahwa tidak ada seorang pun

kecuali orang-orang yang membuka mata mereka terhadap

taman kehidupan, akan dapat menanam bunga-bunga dan

mawar-mawarnya, sementara orang-orang yang buta tidak

akan memperoleh apa pun kecuali duri-duri. Jika kita

sanggup melewati perbatasan depresi dan pesimisme serta

melihat kenyataan yang ada, maka akan kita dapati bahwa

bahkan di saat-saat sekarang ini, yakni ketika kita telah jatuh

ke dalam lubang yang menakutkan, masih ada mawar-mawar

dan bunga-bunga di taman kehidupan yang memanggil mata

para pembidiknya di setiap saat.

Pemikiran mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap

kebahagiaan manusia, Sebenarnya, satu-satunya faktor yang

paling efektif untuk kebahagiaan manusia adalah

kemampuannya dalam berpikir dan bercalar. Suatu kejadian

yang belum pernah terjadi sebelumnya tidaklah dapat

ditanggung dan akan merusak pandangan mata orang-orang

yang pesimis. Tetapi, dari sudut pandang orang yang optimis,

yang melihat segalanya dengan cara yang positif, kejadian

semacam ini tidak membuat mereka takluk dan tidak

menyebabkannya kehilangan daya tahan dalam segala

keadaan. Orang yang optimis tidak pernah meninggalkan

kerendahan hati, kendali diri dan kesabaran.

Orang-orang yang selalu berpikir bahwa poros kejahatan

mengelilingi mereka, hanya akan membuat kehidupan

mereka menderita, suram dan tidak menyenangkan, akan

kehilangan banyak kekuatan dan kemampuan diri sebagai

akibat kepekaan perasaan mereka yang berlebih-lebihan, dan

akan melarikan diri dari rahmat dan hal-hal yang baik di

dunia ke dalam kejahilan yang fatal.

Menurut seorang ulama:

Dunia bereaksi terhadap manusia seperti manusia

berurusan dengan dunia. Maka, jika anda tertawa

pada dunia, ia akan tertawa dengan anda. Jika anda

melihat dunia secara suram, ia akan tampak suram.

Jika anda bersemedi dari dunia, ia akan menganggap

anda di antara para petapa, dan jika anda bermurah

hati dan benar, anda akan dapati orang-orang di

sekeliling anda mencintai anda dan membuka harta

karun cinta dan rasa hormat dari hati mereka untuk

anda.

Meskipun penderitaan itu tampaknya pahit, ia

menghasilkan buah yang istimewa bagi pikiran dan

jiwa. Kemampuan rohani manusia menjadi lebih jelas

terwujud dalam gelapnya kesedihan. Akal dan ruh

manusia berkembang dalam gulungan pengorbanan

yang terus menerus dan dalam perjuangan yang tak

kenal takluk ... ke puncak kesempurnaan manusia.


di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

 karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari

0 komentar:

Post a Comment