Sunday 12 January 2014

Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran

Dalam kehidupan nya yang tidak stabil, manusia lebih

membutuhkan kestabilan ketimbang hal-hal lainnya. Orang-
orang yang mengikutsertakan diri mereka dalam perjuangan

demi mencapai berbagai tujuan, bila tidak diperlengkapi

dengan senjata kestabilan akan menemui kegagalan dan

kekalahan. Sebenarnya, jika tanggung jawab seseorang

bertambah, kebutuhan nya terhadap kestabilan dan

ketenangan pun bertambah pula. Atas dasar kenyataan ini,

menjadi tugas setiap insan untuk mempelajari bagaimana

menghindari kegelisahan dan kembali kepada kestabilan dan

ketenangan.

Perjuangan untuk memperoleh harta, kekuasaan, popularitas

dan berbagai pendapatan materi lainnya, tidak lain

merupakan kebohongan atau dusta belaka. Usaha-usaha

yang dibuat untuk ini akan mengarah kepada sesuatu yang

sia-sia, karena, kebahagiaan manusia terletak di dalam

jiwanya, seperti juga mata air kesengsaraan di lubuk hati

yang terdalam. Menurut Amirul Mukminin a.s., obat untuk ini

ada di dalam jiwa manusia itu sendiri, kita tidak dapat

menemukan dampak yang sama dari pengaruh luar; ia

terletak di dalam sumber-sumber kekuatan jiwa manusia.

Karena pengaruh-pengaruh dari luar itu bersifat sementara,

jadi tidaklah mungkin akan menuntun manusia kepada

kepuasan sepenuhnya.

Apictatus berkata:

Biarlah orang mengetahui bahwa mereka tidak dapat

menemukan kebahagiaan dan keberuntungan di

tempat-tempat yang secara sembarang mereka cari

sendiri-sendiri. Kebahagiaan yang sesungguhnya

tidak terletak dalam kekuasaan dan kemampuan

seseorang.

Baik Mirad maupun Aglius adalah orang-orang yang

sengsara, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang

besar. Demikian pula, kebahagiaan tidak terletak

pada harta dan jumlah uang yang banyak. Croesus

misalnya, tidak bahagia sekalipun ia memiliki harta

dan kekayaan tak terhingga. Kebahagiaan juga tidak

dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau

dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi

tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki

kekuasaan yang besar.

Sebenarnya, kebahagiaan tidak dapat dicapai melalui

hal-hal tersebut di atas. Nero, Sandnapal dan

Aghamnin, dikenal dengan tangisan mereka yang

terus menerus, karena mereka adalah seperti mainan

di tangan kemalangan. Mereka juga memiliki segala

harta, kekuasaan dan popularitas. Oleh karena itu,

manusia harus mencari kebahagiaan yang

sesungguhnya di dalam jiwa dan kesadaran mereka

sendiri.

Kita harus mengakui, bahwa pemecahan untuk berbagai

persoalan yang tak terpecahkan di alam ini. dan kemajuan

yang pesat dalam dunia industri, tidaklah cukup untuk

membawa kepada suatu kehidupan yang bebas dari rasa

khawatir. Mesin baru ini bukan hanya tidak mampu

mengurangi jumlah penderitaan di dunia ini, terapi juga telah

menimbulkan berbagai problema baru dan berbagai

ketidakpastian.

Oleh karana itu, untuk membebaskan diri kita dari derita

hidup yang terus menerus, dan dari kemungkinan awan

hitam yang menggelapi jiwa kita, diperlukan pikiran yang

terbimbing dan benar. Pikiran dapat mengamankan

kebahagiaan manusia, ia juga sanggup membawa berbagai

kemajuan dalam kehidupan material kita. Di sini lah kekuatan

berpikir secara jelas terwujud, dan menunjukkan

pengaruhnya yang mengagumkan atas kehidupan manusia.

Pikiran yang jernih merupakan mata air yang mengalir deras,

yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia

ketimbang pendapatan materi, ia juga dapat

memperkenalkan manusia kepada dunia baru yang luas.

Pemikiran yang benar mencegah para cendekiawan agar

tidak menjadi mainan di bawah penguasaan uang. Orang-
orang yang kemampuan berpikirnya tumbuh menjadi pusat

eksistensi, dengan tabah dapat berdiri tegak ketika

penderitaan menimpanya dan mereka mengambil cara

pandang yang positif.

Untuk mengamankan diri kita agar tidak menjadi korban

berbagai macam peristiwa, dan untuk melindungi diri kita

dari gelombang kelalaian dan pemikiran yang berlebih-
lebihan, maka kita harus membangun suam pola berpikir bagi

diri kita, sehingga dengan cara itu kita dapat memutuskan

arah menentukan sikap dan tingkah laku kita. Oleh

karenanya, kita dapat membimbing jiwa kita kepada

pemikiran yang benar yang dapat melengkapi kita dengan

kekuatan rohani untuk mengalahkan kegelisahan.

Seorang sarjana Barat berkata:

Mungkin kita tidak sanggup memilih orang-orang

yang sikap dan cara berpikirnya mirip seperti kita,

tetapi kita bebas untuk memilih cara berpikir kita.

Kita adalah hakim atas pikiran kita. Kita dapat

memilih pertimbangan manakah yang tepat. Sebab-
sebab dan pengaruh yang datang dari luar yang kita

perhatikan bukanlah bagian dari kita, bahwa itu

semua dapat mengontrol dan memaksa kita untuk

berpikir dengan suatu cara tertentu. Oleh karena itu,

kita harus memilih cara berpikir yang benar dan

menyingkirkan cara berpikir yang merugikan. Jiwa

kita diarahkan kepada jalan pemikiran kita. Dengan

kata lain, berbagai pemikiran kita mengarahkan kita

dengan suatu cara yang ia kehendaki; oleh karena

itu, jangan sampai kira membiarkan diri kita

mengambil segala pemikiran yang buruk. Pemikiran

semacam ini dapat menangkap kita, dan menjadikan

kita sebagai korban berbagai macam kesengsaraan

yang berbeda-beda. Kita harus berjuang secara terus

menerus guna meraih kesempurnaan, dan mencapai

berbagai cita-cita yang paling mulia dan berbagai

tujuan yang paling agung, karena rahasia

keberhasilan dan kebahagiaan hanya terletak dalam

pemikiran yang benar.


di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

 karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari

0 komentar:

Post a Comment