Saturday 18 January 2014

Kedudukan Akhlak dalam Masyarakat

Akhlak merupakan faktor terpenting dalam masyarakat dan

dalam kesempurnaan bangsa-bangsa. Akhlak terlahir sebagai

bagian dari kemanusiaan. Tiada seorang pun menyangkal

peranan vital yang dimainkan oleh akhlak dalam membawa

kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan rohani manusia;

dan juga tiada seorang pun meragukan manfaat dan

pengaruhnya yang menentukan dalam memperkuat

fundamen-fundamen keterpaduan tingkah laku dan

pemikiran, baik pada pergaulan maupun masyarakat.

Dapatkah anda menemukan orang yang jujur dan benar

mencari kebahagiaan di bawah bayang-bayang

pengkhianatan dan dusta? Akhlak sedemikian pentingnya

sehingga bahkan bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada

agama, menghormatinya dan merasakan bahwa akhlak itu

penting bagi mereka untuk ditaati melalui beberapa ajaran

etika agar mampu maju menembus jalan kehidupan yang

berbelit-belit ini. Masyarakat, di mana pun dan dengan

segala macam perilakunya, mempunyai beberapa kesamaan.

Seorang sarjana kenamaan Inggris, Samuel Smiles

mengatakan:

Akhlak adalah salah satu kekuatan yang

menggerakkan dunia ini. Dengan pengertiannya yang

paling baik, akhlak merupakan suatu perwujudan

fitrah manusia pada puncaknya yang tertinggi,

karena akhlak adalah suatu anugerah dari fitrah

manusia untuk kemanusiaan (humanity). Orang-
orang yang unggul dalam segala segi kehidupan

berusaha untuk menarik perhatian manusia kepada

mereka melalui setiap cara yang mulia dan

terhormat. Masyarakat mempercayai orang-orang ini

dan meniru kesempurnaan mereka, karana

masyarakat percaya' bahwa mereka memiliki segala

bakat dari kehidupan ini, dan jika tidak ada eksistensi

orang-orang seperti ini, maka kehidupan tidak akan

bernilai. Jika ciri-ciri genetika yang diwarisi menarik

perhatian dan penghargaan manusia, maka akhlak

menjadikan kepuasan dan kehormatan bagi orang-
orang yang berkelakuan baik. Hal ini karena

perangkat karakteristik yang pertama adalah karya

dari gen-gen, dan perangkat yang kedua adalah hasil

dari pragmatisme dan kekuatan ber pikir, dan ini

meni pakan akal (mind) yang menguasai kita serta

mengatur berbagai urusan kita di sepanjang hidup

kita.

Orang-orang yang telah mencapai puncak

keunggulan dan kebesaran adalah seperti sinar

terang yang membersihkan jalan bagi kemanusiaan

dan membimbing manusia kepada jalan-jalan moral

dan keluhuran. Jika para anggota masyarakat, di

mana saja, kekurangan perilaku yang baik, mereka

tidak akan mampu mencapai keunggulan meskipun

banyak dari hak kebebasan dan hak politik yang

mereka rasakan. Tidaklah penting bagi bangsa-
bangsa untuk memiliki wilayah-wilayah daratan yang

luas agar hidup secara terhormat, karena banyak

bangsa-bangsa dengan populasi besar yang memiliki

wilayah-wilayah' daratan yang luas, tetapi mereka

jauh dari kesempurnaan dan kebesaran. Maka. jika

moralitas suatu bangsa menjadi rusak, pada akhirnya

bangsa itu akan punah.

Semua setuju dengan apa yang telah dikatakan sarjana ini,

namun yang menjadi masalah adalah adanya suatu

perbedaan besar antara mengenal fakta-fakta dengan

bertindak atasnya. Banyak orang yang mengganti perilaku

baik dengan kecenderungan-kecenderungan hewani nya.

Mereka mengganti moralnya yang baik demi nafsu-nafsunya,

seperti gelembung-gelembung yang tampak berkilauan di

atas permukaan air.

Tak syak lagi, manusia telah keluar dari pabrik kehidupan

dengan membawa serta hal-hal yang bertentangan dengan

nalurinya. Kini manusia terus menerus menjadi ajang suatu

perjuangan yang dahsyat antara sifat jahat dan baik. Langkah

pertama untuk menghapus sifat jahat manusia adalah

menanam nafsu-nafsu dan amarahnya dalam medan perang

ini karena mereka adalah penyebab dari kekuatan hewani

manusia, yaitu dengki. Adalah wajib bagi siapa saja yang

berhasrat mencapai kesempurnaan, untuk menjauhi

kemubaziran dan menghindarkan diri dari berbagai

kecenderungan berbahaya yang muncul dari sifat-sifat

semacam ini serta merubahnya menjadi perasaan-perasaan

yang indah dan bermanfaat. Alasan untuk ini adalah bahwa

sebagian besar manfaat manusia berasal dari perasaan ini,

tetapi perasaan semacam ini hanya rampak baik jika ia patuh

kepada perintah-perintah akal.

Menurut seorang psikolog:

Perasaan-perasaan manusia adalah seperti sebuah

kontainer yang memiliki dua serambi. Serambi

pertama menyerang dan yang kedua bertahan. Jika

manusia dapat mengarahkan perasaan-perasaan ber

tahannya agar berada di atas perasaan yang

menyerang, maka ia akan memperoleh kendali atas

eksistensinya dan membimbing perasaan ini

sekehendaknya, tidak sekehendak perasaan

perasaannya.

Orang-orang yang menyeimbangkan kekuatan-
kekuatan batin dengan nafsu-nafsunya dan yang

memiliki cita-cita yang lebih baik dan telah

menciptakan suatu perasaan damai antara pikiran

dan hatinya, tidak syak lagi ia telah menempuh jalan

kebahagiaan di antara berbagai problema kehidupan

dan mengikuti kehendak untuk bebas dari

kelemahan, kegagalan atau kekalahan. Memang

benar bahwa kemampuan manusia telah mencapai

tingkat kegunaan, gerak dan kecepatan yang tinggi

yang memberikan manusia kesempatan untuk

mencapai ke kedalaman lautan dan samudera

dengan menggunakan kekuatan berpikirnya. Namun

apa yang kami amati sekarang kesengsaraan dan

kegundahan yang terus-menerus di jantung

peradaban telah mencapai tingkat seperti mainan di

tangan sang problema dan penderitaan. Kesalahan

ini terjadi karena penyimpangan yang dilakukan dari

jalan yang mulia dan nilai-nilai rohani.

Dr. Roman menulis:

llmu pengetahuan telah maju dalam abad ini terapi

akhlak dan perasaan terap masih primitif. Jika akhlak

dan perasaan maju bersama dengan akal dan pikiran,

maka mungkin kita dapat menyatakan bahwa

manusia telah maju dalam kemanusiaannya juga.

Sesuai dengan hukum-hukum keseimbangan dan persamaan,

nasib suatu peradaban yang kekurangan sifat-sifat mulia akan

menghadapi kerusakan dan kepunahan. Alasan atas berbagai

kesengsaraan dan ketidaksempurnaan yang terjadi di segala

jenis masyarakat adalah suatu fenomena tentang berbagai

kebutuhan manusia akan nilai-nilai moral, yakni nilai-nilai

yang akan mengembangkan ruh kehidupan di dalam daging

peradaban yang sedang sekarat dan memberinya suatu

kekuatan yang memang ia butuhkan.


di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

 karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari

0 komentar:

Post a Comment