Monday 1 September 2014

TUHAN MEMBUSUK Tema Yang Diusung Anak-Anak UIN Sunan Ampel Surabaya

Dalam salah satu akun di https://m.facebook.com/hasan.achmad/posts/10202922187759204?refid=52

UIN SURABAYA, Tema Ospeknya "TUHAN
MEMBUSUK."
Kalau kuliah hanya untuk dididik menjadi goblok
dan murtad seperti ini, apa gunanya kuliah?
Ternyata benar kata Hartono Ahmad Jaiz, ada
pemurtadan di IAIN (Sebelum berubah jadi UIN).
Setidaknya foto-foto ini sudah membuktikan.
Cc: Faris Khoirul Anam , Ali Akbar Bin Agil, Kholili
Hasib

dan di salah satu komentarnya begini:

==== Tuhan Membusuk ======
Ini Tanggapan Acara yang mengambil Sebuah grand
tema,
“Tuhan Membusuk”. dari Gubernur Senat Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, Rahmad Sholehuddin menjelaskan, tema
tersebut sejatinya berangkat dari sebuah realitas
keberagamaan masyarakat Indonesia yang
belakangan kian memperihatinkan.
“Sekarang tidak sedikit orang atau kelompok yang
mengatasnamakan Tuhan dengan mudah membunuh
orang lain,” kata Rahmad, Sabtu 30 Agustus 2014.
Demi (membela) Tuhan, mereka rela mempertaruhkan
nyawanya. Perilaku ini lazim dilakoni oleh kelompok
yang mengklaim paling shaleh. Kelompok yang
mengklaim paling islami. Akibatnya, kelompok yang
berbeda dengan mereka dengan mudah dituduh
‘kafir’ yang darahnya halal.
Keperihatinan yang lain adalah fenomena
keberagamaan masyarakat modern yang mulai
menempatkan spiritualitas sebagai alternatif
pemecahan berbagai problem kehidupan.
Ironisnya, semangat keberagamaan masyarakat
modern bertitik tolak pada pertimbangan matematis-
pragmatis. Untung-rugi. Bila tidak lagi mampu
memberi mamfaat secara materi, maka dengan
mudah ‘agama’ dicampakkan begitu saja.
“Agama (Tuhan) tidak lebih hanya dijadikan sebagai
pemuas atas kegelisahan yang menimpanya. Tidak
salah kalau sekarang agama dikatakan berada di
tengah bencana,” tegas mahasiswa jurusan
Perbandingan Agama ini.
Rahmad lalu mencontohkan, ketika ditimpa musibah
maka dengan reflek masyarakat ingat Tuhan.
Keadilan Tuhan pun digugat. Di sisi lain, peran Tuhan
kerap berada dalam simbol ketidakberdayaan.
“Lagi-lagi Tuhan tetap berada di pojok kesalahan.
Itulah salah satu alasan mengapa kami mengangkat
tema itu,” tandas alumnus Pondok Pesantren Zainul
Hasan, Genggong Probolonggo ini.
Dia menambahkan, yang hendak dikritik bukan
eksistensi Tuhan, melainkan nilai-nilai ketuhanan
yang sudah mulai mengalami ‘pembusukan’ dalam diri
masyarakat beragama.
“Dengan tema ini, kami berharap mahasiswa baru bisa
menerapkan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan
sehari-hari,” pungkasnya.
OSCAAR 2014 bagi mahasiswa baru UIN Sunan Ampel
berlangsung sejak Kamis 28 Agustus, dan akan
berakhir pada 30 Agustus 2014, malam ini. (ahay).h

0 komentar:

Post a Comment