Tuesday 14 January 2014

Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri

Islam telah menanam akar kepada orang-orang yang beriman

dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan

cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya

kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan,

bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang

munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.

lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling

percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat

orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan

bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada

seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya

bukti-bukti yang jelas.

Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:

Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu,

kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu

memutuskan sebaliknya; dan janganlah

mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila

masih ada kemungkinan yang baik padanya.

(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)

Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan

meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan

membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para

Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya

sifat percaya melalui berbagai cara.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan

memperoleh cinta dari mereka.

(Ghurar AI-Hikam)

Dr. Mardin dikutip mengatakan:

Bila anda membina suatu persahabatan dengan

seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang

positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda

untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah

anda dapatkan darinya. Jika anda mampu

memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda

akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan

menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-
sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda,

seraya mencoba untuk memikat persahabatan

bersama anda.

(Piruzi Fikr)

Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan

mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang

tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan

landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.

Imam Ali a.s, berkata:

Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam

dosa.

Dr. Dale Carnegie menyatakan:

Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer

suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant.

Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable

Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran

ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya

tidak pernah memberi bon penagihan kepada para

pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan

apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah

selesai makan mereka sendiri yang menghitung

biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada

persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu:

'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda

tidak dapat begitu saja percaya kepada semua

pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak,

kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami

tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami

tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang

selama separuh abad terakhir". Para pelanggan

restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan

transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat

dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan

pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri

dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama

diharapkan dari mereka.

Mr. Louis, seorang psikolog berkata:

Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak

Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba

membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan,

cobalah membuatnya merasa bahwa anda

memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah

dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda

akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga

kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil,

untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai

kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa

yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang

anda berikan.

(How To Win Friends)

Dr. Gilbert Roben menulis:

Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah,

berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka

tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata

lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah

perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk

memberikan tugas-tugas penting kepada orang-
orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap

tugas baru yang anda berikan kepada mereka

buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki

tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah

memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal

ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai

rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang

baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari

sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara

berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan

reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan

individu.

Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada

anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan

memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan

kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan

menjamin kesenangan kepada seseorang.

Imam Ali a.s. berkata:

Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan

keamanan dalam iman.

(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)

Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang

diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam

kehidupan.

Imam Ali a.s. menyatakan:

Kepercayaan mengurangi depresi.

Dr. Mardin berkata:

Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-
indah dalam pandangan kita yang mengurangi

penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan

bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan

kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap

pemikiran-pemikiran yang menyakitkan,

sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-
penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya.

Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang

optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya

anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai

pemikiran yang ada.

(Piruzi Fikr)

Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu

sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang

bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai

hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir

secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan

cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga

mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari

hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip

dari beliau:

Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti)

telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena

itu janganlah mengecewakannya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)

Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia,

berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain.

Beliau berkata:

Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi

akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling

benar terhadap kebenarannya.

 (Ghurar Al-Hikam, hal. 474)

Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain

negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis.

Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum

Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam

Ali a.s. berkata:

Orang yang menolak prasangka buruk terhadap

saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang

damai.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

Samuel Smiles berkata:

Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki

perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan

bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya.

Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya

dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang

bijak melihat sinar matahari akan segera menembus

setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik

setiap kemalangan dan penderitaan terdapat

kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini

akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa

problema baru dan menemukan harapan dalam

setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini

akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya,

dan para penyokongnya adalah keberuntungan.

Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan

mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang

ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat

segalanya dengan mata pemahaman dan dengan

warna yang mereka kehendaki.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik

sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:

Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang

lain adalah tidak mencurigainya.

(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)

Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada

manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila

semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada

Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap

orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di

antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit

curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang

hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah,

akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila

dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari

perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan

secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.


di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

 karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari

0 komentar:

Post a Comment