Islam telah menanam akar kepada orang-orang yang beriman
dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan
cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya
kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan,
bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang
munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.
lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling
percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat
orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan
bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada
seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya
bukti-bukti yang jelas.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu,
kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu
memutuskan sebaliknya; dan janganlah
mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila
masih ada kemungkinan yang baik padanya.
(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)
Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan
meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan
membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para
Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya
sifat percaya melalui berbagai cara.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan
memperoleh cinta dari mereka.
(Ghurar AI-Hikam)
Dr. Mardin dikutip mengatakan:
Bila anda membina suatu persahabatan dengan
seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang
positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda
untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah
anda dapatkan darinya. Jika anda mampu
memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda
akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan
menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-
sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda,
seraya mencoba untuk memikat persahabatan
bersama anda.
(Piruzi Fikr)
Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan
mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang
tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan
landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.
Imam Ali a.s, berkata:
Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam
dosa.
Dr. Dale Carnegie menyatakan:
Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer
suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant.
Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable
Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran
ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya
tidak pernah memberi bon penagihan kepada para
pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan
apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah
selesai makan mereka sendiri yang menghitung
biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada
persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu:
'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda
tidak dapat begitu saja percaya kepada semua
pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak,
kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami
tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami
tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang
selama separuh abad terakhir". Para pelanggan
restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan
transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat
dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan
pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri
dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama
diharapkan dari mereka.
Mr. Louis, seorang psikolog berkata:
Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak
Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba
membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan,
cobalah membuatnya merasa bahwa anda
memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah
dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda
akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga
kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil,
untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai
kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa
yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang
anda berikan.
(How To Win Friends)
Dr. Gilbert Roben menulis:
Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah,
berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka
tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata
lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah
perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk
memberikan tugas-tugas penting kepada orang-
orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap
tugas baru yang anda berikan kepada mereka
buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki
tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah
memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal
ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai
rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang
baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari
sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara
berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan
reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan
individu.
Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada
anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan
memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan
menjamin kesenangan kepada seseorang.
Imam Ali a.s. berkata:
Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan
keamanan dalam iman.
(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)
Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang
diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam
kehidupan.
Imam Ali a.s. menyatakan:
Kepercayaan mengurangi depresi.
Dr. Mardin berkata:
Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-
indah dalam pandangan kita yang mengurangi
penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan
bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan
kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap
pemikiran-pemikiran yang menyakitkan,
sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-
penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya.
Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang
optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya
anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai
pemikiran yang ada.
(Piruzi Fikr)
Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu
sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang
bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai
hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir
secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan
cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga
mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari
hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip
dari beliau:
Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti)
telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena
itu janganlah mengecewakannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)
Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia,
berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain.
Beliau berkata:
Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi
akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling
benar terhadap kebenarannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)
Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain
negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis.
Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum
Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam
Ali a.s. berkata:
Orang yang menolak prasangka buruk terhadap
saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang
damai.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)
Samuel Smiles berkata:
Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki
perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan
bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya.
Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya
dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang
bijak melihat sinar matahari akan segera menembus
setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik
setiap kemalangan dan penderitaan terdapat
kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini
akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa
problema baru dan menemukan harapan dalam
setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini
akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya,
dan para penyokongnya adalah keberuntungan.
Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan
mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang
ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat
segalanya dengan mata pemahaman dan dengan
warna yang mereka kehendaki.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik
sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:
Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang
lain adalah tidak mencurigainya.
(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)
Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada
manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila
semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada
Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap
orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di
antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit
curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang
hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah,
akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila
dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari
perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan
secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.
dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan
cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya
kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan,
bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang
munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.
lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling
percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat
orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan
bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada
seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya
bukti-bukti yang jelas.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:
Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu,
kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu
memutuskan sebaliknya; dan janganlah
mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila
masih ada kemungkinan yang baik padanya.
(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)
Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan
meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan
membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para
Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya
sifat percaya melalui berbagai cara.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan
memperoleh cinta dari mereka.
(Ghurar AI-Hikam)
Dr. Mardin dikutip mengatakan:
Bila anda membina suatu persahabatan dengan
seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang
positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda
untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah
anda dapatkan darinya. Jika anda mampu
memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda
akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan
menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-
sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda,
seraya mencoba untuk memikat persahabatan
bersama anda.
(Piruzi Fikr)
Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan
mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang
tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan
landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.
Imam Ali a.s, berkata:
Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam
dosa.
Dr. Dale Carnegie menyatakan:
Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer
suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant.
Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable
Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran
ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya
tidak pernah memberi bon penagihan kepada para
pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan
apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah
selesai makan mereka sendiri yang menghitung
biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada
persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu:
'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda
tidak dapat begitu saja percaya kepada semua
pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak,
kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami
tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami
tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang
selama separuh abad terakhir". Para pelanggan
restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan
transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat
dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan
pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri
dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama
diharapkan dari mereka.
Mr. Louis, seorang psikolog berkata:
Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak
Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba
membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan,
cobalah membuatnya merasa bahwa anda
memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah
dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda
akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga
kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil,
untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai
kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa
yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang
anda berikan.
(How To Win Friends)
Dr. Gilbert Roben menulis:
Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah,
berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka
tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata
lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah
perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk
memberikan tugas-tugas penting kepada orang-
orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap
tugas baru yang anda berikan kepada mereka
buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki
tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah
memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal
ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai
rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang
baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari
sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara
berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan
reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan
individu.
Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada
anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan
memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan
menjamin kesenangan kepada seseorang.
Imam Ali a.s. berkata:
Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan
keamanan dalam iman.
(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)
Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang
diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam
kehidupan.
Imam Ali a.s. menyatakan:
Kepercayaan mengurangi depresi.
Dr. Mardin berkata:
Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-
indah dalam pandangan kita yang mengurangi
penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan
bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan
kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap
pemikiran-pemikiran yang menyakitkan,
sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-
penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya.
Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang
optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya
anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai
pemikiran yang ada.
(Piruzi Fikr)
Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu
sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang
bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai
hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir
secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan
cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga
mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari
hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip
dari beliau:
Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti)
telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena
itu janganlah mengecewakannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)
Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia,
berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain.
Beliau berkata:
Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi
akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling
benar terhadap kebenarannya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)
Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain
negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis.
Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum
Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam
Ali a.s. berkata:
Orang yang menolak prasangka buruk terhadap
saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang
damai.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)
Samuel Smiles berkata:
Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki
perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan
bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya.
Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya
dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang
bijak melihat sinar matahari akan segera menembus
setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik
setiap kemalangan dan penderitaan terdapat
kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini
akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa
problema baru dan menemukan harapan dalam
setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini
akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya,
dan para penyokongnya adalah keberuntungan.
Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan
mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang
ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat
segalanya dengan mata pemahaman dan dengan
warna yang mereka kehendaki.
Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik
sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:
Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang
lain adalah tidak mencurigainya.
(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)
Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada
manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila
semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada
Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap
orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di
antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit
curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang
hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah,
akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila
dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari
perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan
secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.
di Ambil dari ebook
PSIKOLOGI ISLAM
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
Membangun Kembali Moral Generasi Muda
karya Sayyid Mujtaba Musavi Lari
0 komentar:
Post a Comment